Pjs Bupati Tulungagung Heru Suseno menyesalkan kerusuhan yang dilakukan oleh oknum perguruan silat Persatuan Setia Hati Winongo (PSHW) pada Minggu (27/10), karena dinilai telah menodai makna Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober.
"Kami sangat menyayangkan kejadian kemarin. Tindakan seperti ini mencoreng makna Sumpah Pemuda," kata Heru saat dimintai tanggapan mengenai insiden yang terjadi di depan GOR Rejoagung di Tulungagung, Jawa Timur, Selasa.
Heru menyatakan, insiden tersebut sangat disayangkan, terutama peristiwa terjadi menjelang momen Hari Sumpah Pemuda.
Ia mengakui bahwa perkelahian antar-oknum perguruan silat sering terjadi setiap tahun, meskipun pihaknya telah berupaya berdialog dengan pimpinan perguruan silat untuk mengendalikan anggotanya.
"Kami akan bertemu dengan pimpinan perguruan silat, meskipun tidak ada jaminan bahwa kami bisa mengendalikan situasi," ucap Heru.
Menjelang pilkada dalam 30 hari ke depan, ia menekankan pentingnya menjaga ketertiban dan ketenangan masyarakat.
Heru mengatakan bahwa pihaknya belum mempertimbangkan langkah pembekuan organisasi silat demi menjaga kondusifitas wilayah.
"Kita akan lihat situasinya, tetapi Polres sudah menyarankan langkah itu," ujarnya.
Namun, jika situasi memburuk, pihaknya akan memikirkan rencana tersebut.
Dikonfirmasi terpisah, Kapolres Tulungagung, melalui Kasat Reskrim AKP Rio Pradana, mengatakan bahwa kegiatan santunan anak yatim yang diadakan oleh perguruan silat itu tidak memiliki izin.
"Kegiatan itu hanya diberitahukan kepada Sat Intel Polres Tulungagung," jelas Rio.
Mengenai penyelidikan, ia mengatakan bahwa pihaknya masih mendalami kejadian dan telah memeriksa dua korban yang kini telah dipulangkan.
Sebelumnya, bentrok antar anggota perguruan silat terjadi di depan GOR Rejoagung dan Simpang Tiga Ngujang, setelah seribuan pesilat membubarkan diri dari acara santunan anak yatim.
Pihak kepolisian kini tengah melakukan serangkaian penyelidikan untuk mengungkap insiden tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Kami sangat menyayangkan kejadian kemarin. Tindakan seperti ini mencoreng makna Sumpah Pemuda," kata Heru saat dimintai tanggapan mengenai insiden yang terjadi di depan GOR Rejoagung di Tulungagung, Jawa Timur, Selasa.
Heru menyatakan, insiden tersebut sangat disayangkan, terutama peristiwa terjadi menjelang momen Hari Sumpah Pemuda.
Ia mengakui bahwa perkelahian antar-oknum perguruan silat sering terjadi setiap tahun, meskipun pihaknya telah berupaya berdialog dengan pimpinan perguruan silat untuk mengendalikan anggotanya.
"Kami akan bertemu dengan pimpinan perguruan silat, meskipun tidak ada jaminan bahwa kami bisa mengendalikan situasi," ucap Heru.
Menjelang pilkada dalam 30 hari ke depan, ia menekankan pentingnya menjaga ketertiban dan ketenangan masyarakat.
Heru mengatakan bahwa pihaknya belum mempertimbangkan langkah pembekuan organisasi silat demi menjaga kondusifitas wilayah.
"Kita akan lihat situasinya, tetapi Polres sudah menyarankan langkah itu," ujarnya.
Namun, jika situasi memburuk, pihaknya akan memikirkan rencana tersebut.
Dikonfirmasi terpisah, Kapolres Tulungagung, melalui Kasat Reskrim AKP Rio Pradana, mengatakan bahwa kegiatan santunan anak yatim yang diadakan oleh perguruan silat itu tidak memiliki izin.
"Kegiatan itu hanya diberitahukan kepada Sat Intel Polres Tulungagung," jelas Rio.
Mengenai penyelidikan, ia mengatakan bahwa pihaknya masih mendalami kejadian dan telah memeriksa dua korban yang kini telah dipulangkan.
Sebelumnya, bentrok antar anggota perguruan silat terjadi di depan GOR Rejoagung dan Simpang Tiga Ngujang, setelah seribuan pesilat membubarkan diri dari acara santunan anak yatim.
Pihak kepolisian kini tengah melakukan serangkaian penyelidikan untuk mengungkap insiden tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024