Hasil penelitian yang dilakukan empat peneliti dari Provinsi Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat terkait peran ayah dalam pengasuhan di kampung Keluarga Berkualitas (KB) masih belum signifikan dan belum memberikan dampak terhadap perkembangan anak.

Penelitian dilakukan empat peneliti dari Universitas Muhammadiyah Pontianak, Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Nusa Cendana NTT, dan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes Kemenkes) Mamuju, pada 30 sasaran selama tiga bulan (Juni-Agustus 2024) yang hasilnya disampaikan dalam kegiatan diseminasi di Jakarta, Senin.

“Di Desa Tumpiling, Sulawesi Barat, intervensi implementasi program praktik baik yang diterapkan memang berpotensi efektif dalam meningkatkan fungsi keluarga, tetapi tidak memiliki efek signifikan terhadap perubahan peran ayah,” kata Peneliti Poltekkes Kemenkes Mamuju Nurbaya.

Untuk itu merekomendasikan agar kampung KB dapat memperluas target sasaran kepada ayah karena keterlibatan emosional dan sosial yang rendah dapat menghalangi perubahan perilaku pada ayah.

“Sangat direkomendasikan agar implementasi model best practice Kampung KB melibatkan ayah secara penuh dan aktif, sama seperti peran ibu sebagai peserta,” ucapnya.

Sementara itu, hasil analisis perbedaan peran ayah dalam pengasuhan balita sebelum dan sesudah implementasi praktik baik di kampung KB Lembah Murai, Pontianak, Kalbar, menunjukkan dampak yang positif, tetapi masih kurang signifikan.

“Rata-rata skor peran ayah dalam pengasuhan balita sebelum intervensi adalah 44,90 dan sesudah intervensi diperoleh rata-rata sebesar 52,30,” ujar Peneliti Universitas Muhammadiyah Pontianak Indah Budastutik.

Sedangkan hasil di NTT dan Jateng juga menunjukkan peningkatan, tetapi juga belum membawa dampak yang signifikan, salah satu sebabnya yakni karena waktu implementasi praktik baik yang sebagian besar dilaksanakan di pagi hari ketika ayah sedang bekerja.

“Perubahan perilaku ibu terkait pengasuhan ada perbedaan yang signifikan pada dimensi fungsi keluarga, yakni menjaga kesehatan fisik dan mental ibu; tetapi pada praktik pengasuhan ayah tidak ada perbedaan signifikan sebelum dan sesudah intervensi meski rata-rata skor meningkat,” kata Peneliti Universitas Nusa Cendana Kupang Mega O.L Liufeto.

Program Manager Stunting Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sudibyo yang juga hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan pentingnya kampung KB meningkatkan peran ayah untuk menghapus anggapan masyarakat bahwa peran domestik hanya dibebankan kepada ibu saja.

“Kelemahan kita itu memang ada di pola asuh, selama ini hanya dibebankan pada ibu, sedangkan harapan atau tujuan penelitiannya tadi kan pengaruh ayah, walaupun ada yang signifikan dan tidak, tetapi yang signifikan tidak terlalu menggembirakan,” kata Sudibyo.

Menurutnya, dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa persentase peran ayah tidak terlalu signifikan, maka perlu menjadi perhatian karena seakan-akan hal tersebut melegitimasi bahwa pengasuhan itu hanya milik ibu.

“Jadi seakan peran domestik itu hanya untuk ibu-ibu saja, peran ayah walaupun signifikan tetapi kecil sekali, di dalam penelitian tersebut perkembangan anak tidak terlihat nyata, tetapi perilaku orang tuanya, sehingga penting ada keberlanjutan penelitian tersebut, misalnya diperpanjang menjadi enam bulan agar dampaknya lebih terlihat, utamanya terkait peran ayah dalam pengasuhan,” tuturnya.
 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari

Editor : Astrid Faidlatul Habibah


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024