Universitas Brawijaya (UB) bersama Badan Pangan Nasional (Bapanas) menggalakkan konsumsi pangan lokal dengan memanfaatkan potensi pada masing-masing daerah guna mencegah stunting.
Rektor UB Prof Widodo di Malang, Jawa Timur, Sabtu, mengemukakan kerja sama dengan Bapanas merupakan salah satu bentuk kepedulian UB kepada masyarakat.
"UB terus berupaya bagaimana memberikan dampak sosial yang positif kepada masyarakat. Oleh karena itu kami mengembangkan berbagai potensi pangan lokal yang nantinya bisa membantu Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang muaranya pada pencegahan stunting," katanya kepada wartawan usai penyerahan bibit kepada kelompok urban farming Kota Malang di kampus UB.
Produksi pangan lokal yang dikembangkan UB melalui Fakultas Pertanian (FP) antara lain jenis rimpang berupa umbi porang beserta turunannya. Dalam umbi porang yang sudah diolah menjadi berbagai produk itu mempunyai kandungan gizi dan serat yang tinggi.
Hasil olahan umbi porang yang dikembangkan FT UB tersebut antara lain minuman jelly porang, tepung porang, dan bakso umbi porang.
Baca juga: Universitas Brawijaya luncurkan majalah semesteran Mimbar Magazine
Sementara itu Direktur Penganekaragaman Pangan Bapanas Rinna Syawal mengatakan untuk mengubah mindset masyarakat untuk mengurangi beras secara bertahap dan beralih ke bahan pokok karbohidrat lainnya, ada empat cara yang harus dilakukan.
Cara pertama, katanya, mengadvokasi pemerintah daerah (pemda) untuk menggali potensi pangan lokal di daerah masing-masing. Kedua, mengedukasi masyarakat bahwa pemenuhan karbohidrat tidak harus nasi, ada beberapa bahan pangan lokal yang bisa menggantikannya, seperti ubi jalar, ubi kayu (singkong), kentang, porang, dan lainnya.
Ketiga, lanjutnya, mendorong industri pangan menggunakan bahan lokal, seperti pembuatan mi yang selama ini berbahan baku terigu dan 100 persen impor, bisa menggunakan bahan mocaf, sagu, maupun sorgum.
"Yang terakhir kami dorong para pelaku usaha kuliner maupun wisata juga menggunakan bahan lokal untuk sajiannya. Potensi pangan lokal kita sangat banyak dan beragam, namun belum digali secara maksimal," ujarnya.
Sementara itu komoditas bibit pangan yang diserahkan kepada 123 kelompok urban farming di Kota Malang atas bantuan Bank Indonesia (BI) Malang yakni bibit cabai sebanyak 6.200 bibit dan ubi sebanyak 620 batang.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Rektor UB Prof Widodo di Malang, Jawa Timur, Sabtu, mengemukakan kerja sama dengan Bapanas merupakan salah satu bentuk kepedulian UB kepada masyarakat.
"UB terus berupaya bagaimana memberikan dampak sosial yang positif kepada masyarakat. Oleh karena itu kami mengembangkan berbagai potensi pangan lokal yang nantinya bisa membantu Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang muaranya pada pencegahan stunting," katanya kepada wartawan usai penyerahan bibit kepada kelompok urban farming Kota Malang di kampus UB.
Produksi pangan lokal yang dikembangkan UB melalui Fakultas Pertanian (FP) antara lain jenis rimpang berupa umbi porang beserta turunannya. Dalam umbi porang yang sudah diolah menjadi berbagai produk itu mempunyai kandungan gizi dan serat yang tinggi.
Hasil olahan umbi porang yang dikembangkan FT UB tersebut antara lain minuman jelly porang, tepung porang, dan bakso umbi porang.
Baca juga: Universitas Brawijaya luncurkan majalah semesteran Mimbar Magazine
Sementara itu Direktur Penganekaragaman Pangan Bapanas Rinna Syawal mengatakan untuk mengubah mindset masyarakat untuk mengurangi beras secara bertahap dan beralih ke bahan pokok karbohidrat lainnya, ada empat cara yang harus dilakukan.
Cara pertama, katanya, mengadvokasi pemerintah daerah (pemda) untuk menggali potensi pangan lokal di daerah masing-masing. Kedua, mengedukasi masyarakat bahwa pemenuhan karbohidrat tidak harus nasi, ada beberapa bahan pangan lokal yang bisa menggantikannya, seperti ubi jalar, ubi kayu (singkong), kentang, porang, dan lainnya.
Ketiga, lanjutnya, mendorong industri pangan menggunakan bahan lokal, seperti pembuatan mi yang selama ini berbahan baku terigu dan 100 persen impor, bisa menggunakan bahan mocaf, sagu, maupun sorgum.
"Yang terakhir kami dorong para pelaku usaha kuliner maupun wisata juga menggunakan bahan lokal untuk sajiannya. Potensi pangan lokal kita sangat banyak dan beragam, namun belum digali secara maksimal," ujarnya.
Sementara itu komoditas bibit pangan yang diserahkan kepada 123 kelompok urban farming di Kota Malang atas bantuan Bank Indonesia (BI) Malang yakni bibit cabai sebanyak 6.200 bibit dan ubi sebanyak 620 batang.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024