Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) selama lima tahun terakhir terus aktif melakukan pencegahan bencana banjir di Kabupaten Sampang dengan penanganan Sungai Kemuning.

"Alhamdulillah jika sebelumnya banjir di Sampang akibat Sungai Kemuning itu bisa bertahan tiga sampai empat hari, sekarang sudah surut dalam satu hingga dua jam," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Jatim Baju Trihaksoro di Surabaya, Kamis.

Baju mengemukakan selama lima tahun terakhir Pemprov Jatim konsen memperbaiki infrastruktur rumah pompa, pemasangan site pile dan normalisasi sungai. Adapun lima  rumah pompa yang dioptimalisasi yaitu Rumah Pompa Teratai, Rumah Pompa Delima, Rumah Pompa Dagbukor, Rumah Pompa Bahagia, dan Rumah Pompa Kajuk.

Baca juga: Pj Gubernur Adhy optimistis Jatim Fest jadi katalisator pertumbuhan UMKM

"Jadi problem banjir di Sampang itu sebenarnya karena topografi daerahnya yang memang berupa cekungan yang berpotensi banjir, dan permukaan Sungai Kemuning itu lebih tinggi dari pemukiman sehingga ketika hujan tiba, satu-satunya cara untuk mengalihkan air adalah dengan cara memompa," katanya.

Selain itu Balai Besar Wilayah Sungai Brantas (BBWS) sejak tahun 2017 juga telah melaksanakan pembangunan CCSP sepanjang 7 km dan normalisasi sepanjang 9 km dengan anggaran sebesar Rp120 miliar. Selain itu dibangun sodetan di Desa Polagan Sampang, sepanjang 3,5 kilometer dengan lebar 26 meter.

"Sodetan ini lokasinya di dekat muara, dekat pintu air Kajuk. Pembebasannya diperkirakan membutuhkan anggaran Rp5 miliar dan akan kita alokasikan pada tahun depan," ujar Baju.

Tak hanya itu, satu proyek sodetan juga akan dibangun di kawasan Desa Panggung Kecamatan Sampang dengan panjang 12 kilometer dan lebar 60 meter. Proyek ini akan dikerjakan pemerintah pusat dengan anggaran Rp1 triliun.

“Terkait penyiapan lahan memang menjadi kewenangan kabupaten, namun Pemprov Jatim akan memberikan dukungan demi membantu penanganan banjir Kali Kemuning,” kata Baju.

Baju menegaskan normalisasi terus dilakukan. Ada sebanyak delapan alat berat yang dibeli khusus selama lima tahun terakhir untuk melakukan pengerukan sungai Kemuning.

“Alhamdulillah sekarang sudah tidak ada lagi banjir berhari-hari di Sampang. Namun ke depan kita akan memaksimalkan penanganan Banjir dengan pembuatan floodway dan juga Bosem,” pungkas Baju.

Berdasar data yang dipaparkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), awal musim hujan di Jatim dimulai Oktober 2024.

Kepala Stasiun Klimatologi Jatim Anung Suprayitno mengatakan dalam online meeting yang digelar Senin (30/9) bahwa wilayah di Jatim akan mengalami awal musim hujan yang berbeda.

Menurutnya,. akan ada 23 zona musim  atau sekitar 31,0 persen wilayah di Jatim mengalami awal musim hujan pada Oktober 2024, antara lain Kabupaten dan Kota Blitar, Bojonegoro, Bondowoso, Jember, Jombang, Kabupaten dan Kota Kediri, Kabupaten dan Kota Madiun, Lamongan, Lumajang, Magetan, Malang, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Ponorogo, Kabupaten Probolinggo, Trenggalek, Tuban, dan Tulungagung

Sementara itu 49 zona musim atau 66,2 persen di Jatim akan mengalami awal musim hujan pada November 2024,  antara lain Bangkalan, Banyuwangi, Kabupaten Blitar, Bojonegoro, Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Kabupaten Kediri, Batu, Kabupaten dan Kota Malang, Kabupaten dan Kota Mojokerto, Kabupaten dan Kota Probolinggo, Surabaya, Lamongan, Lumajang, Sampang, Sidoarjo, Situbondo, Sumenep, Tuban, dan Tulungagung.

“Ada dua wilayah yang mengalami awal hujan bulan September 2024 yakni, Lumajang dan Kabupaten Malang. Sementara Situbondo akan mengalami awal musim hujan lebih lambat yakni pada Desember 2024," kata Anung.

Pewarta: Willi Irawan

Editor : Taufik


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024