Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Zulkipli menyatakan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) pada September 2024 adalah sebesar 111,61 atau turun 0,33 persen dibandingkan Agustus 2024.

“Nilai tukar petani pada September sebesar 111,61 atau tercatat turun 0,33 persen dibandingkan kondisi Agustus 2024,” katanya dalam konferensi pers di Surabaya, Jawa Timur, Selasa.

Zulkipli menuturkan kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (lt) turun 0,41 persen yaitu 135,74 sementara indeks harga yang dibayarkan petani (lb) juga turun 0,09 persen yaitu 121,62.

Turunnya harga yang diterima petani disebabkan karena turunnya beberapa harga komoditas yang meliputi cabai rawit, cabai merah, kentang, dan telur ayam ras sedangkan turunnya indeks harga bayar petani didorong oleh komoditas cabai rawit, cabai merah, semangka, dan bakalan sapi.

NTP adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani dan menjadi salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan.

Baca juga: September, cabai rawit hingga BBM dorong deflasi Jatim 0,12 persen

NTP juga merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam produksi dan konsumsi rumah tangga petani.

Apabila dilihat dari subsektor, penurunan terdalam terjadi pada subsektor NTP hortikultura yaitu 8,35 persen atau 114,92 dari 125,38 sementara penurunan lain terjadi di NTP Peternakan (NTPT) yakni 0,12 persen dari 104,15 menjadi 104,03.

Untuk subsektor lain yang mengalami kenaikan adalah NTP Tanaman Pangan (NTPTP) yaitu sebesar 0,97 persen, NTP Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 1,75 persen, dan NTP Perikanan (NTP-PI) 1,31 persen.

Sementara itu, penurunan turut terjadi terhadap Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) pada September 2024 yaitu 0,45 persen dibandingkan Agustus 2024.

Hal itu disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani (lt) yaitu 0,41 persen atau 135,74 sedangkan indeks biaya produksi dan barang modal (BPPM) naik sebesar 0,04 persen atau 118,5.

“Kondisi ini baik di perkotaan dan di pedesaan masih dalam jalur distribusi perdagangan” katanya.

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah

Editor : Vicki Febrianto


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024