Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat deflasi sebesar 0,12 persen (month-to-month/mtm) pada September 2024 yang dipengaruhi oleh turunnya beberapa harga komoditas yaitu cabai rawit, cabai merah, hingga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi.
“Beberapa wilayah di Jawa Timur yang merupakan sentra cabai rawit dan cabai merah sedang berada di masa panen,” kata Kepala BPS Jawa Timur Zulkipli dalam konferensi pers di Surabaya, Jawa Timur, Selasa.
Zulkipli menjelaskan beberapa wilayah di Jawa Timur yang merupakan sentra cabai rawit dan cabai merah saat itu sedang berada di masa panen sehingga stok atau suplai dari kedua komoditas ini sangat melimpah di pasar.
Ia menuturkan stok yang melimpah pada komoditas cabai rawit dan cabai merah akibat dalam masa panen tersebut pada akhirnya mendorong penurunan harga yang cukup signifikan pada September.
Selain itu, PT Pertamina juga menurunkan harga BBM non subsidi yang berlaku awal September setelah sempat dua kali mengalami kenaikan harga sehingga mendorong deflasi.
Ia mengatakan dengan terjadinya deflasi pada September maka inflasi tahun kalender September 2024 terhadap Desember 2023 sebesar 0,65 persen (year-to-date/ytd) dan inflasi tahun ke tahun (yoy) September 2024 terhadap September 2023 sebesar 1,73 persen.
“Ini adalah deflasi kelima selama 2024,” ujarnya.
Dari 11 kabupaten/kota keseluruhannya mengalami deflasi dengan terdalam terjadi di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Bojonegoro yaitu masing-masing 0,16 persen (mtm) sedangkan lainnya yaitu Kota Madiun 0,14 persen, Kota Malang 0,14 persen, dan Banyuwangi 0,12 persen.
Kemudian deflasi di Surabaya 0,11 persen, Kediri 0,1 persen, Jember 0,1 persen, Sumenep 0,08 persen, Tulungagung 0,06 persen, dan Probolinggo 0,01 persen.
“Apabila sisa waktu bulan tersisa tidak begitu berbeda dengan kondisi maka diperkirakan inflasi tahunan kita mencapai 1,73 persen,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024