Replika nisan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik dipamerkan di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat, Senin, 12 Rabiul Awal bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 Hijriah dalam Pameran Literasi Aksara Gata bertajuk "Mengungkap makna, membaca tanda".
“Di pameran ini, kan pembukaannya 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah, kebetulan bertepatan dengan haul (peringatan kematian) beliau (Maulana Malik Ibrahim). Di nisan bagian bawah, tertulis beliau meninggal hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun 822 H, jadi nisannya ini berusia 624 tahun dalam kalender Hijriah,” kata Anggota Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) Teguh Fatchur Rozi di Jakarta, Senin.
Teguh menjelaskan, pada nisan makam Maulana Malik Ibrahim, terdapat banyak aksara dan tulisan yang mengandung surat-surat dalam Al Quran.
“Makam Maulana Malik Ibrahim aksara dan tulisannya lumayan banyak. Ada Al Quran Surat Al Ikhlas, Surat Al Baqarah ayat 255, kemudian Surah Al Ashr, Ali Imran, At Taubah juga ada, banyak sekali,” ucapnya.
Selain itu, nisan tersebut juga mengandung tiga jenis khat, yakni garis atau tulisan indah dalam kaligrafi Arab.
“Ada tiga jenis dalam khat Arab, ada khat Tsuluts, khat Naskhi, dan khat Kufi. Ada macam-macam tulisan,” ujar dia.
Teguh juga memaparkan, dalam nisan Maulana Malik Ibrahim, terdapat sanjungan-sanjungan dari masyarakat yang ditujukan padanya,mengingat semasa hidup, Sunan Gresik itu berperan sebagai seorang penasihat raja sekaligus tokoh agama yang memberikan siraman kepada para fakir miskin.
“Beliau meninggal dalam keadaan syahid (berjuang di jalan kebenaran), dan di samping itu, ada juga ragam hias yang menarik sekali dalam nisan tersebut,” tuturnya.
Ia menjelaskan, nisan tersebut dipesan dari Gujarat, India, dengan nisan asli saat ini terletak di Desa Sukolilo, Kota Gresik, tempat Maulana Malik Ibrahim dimakamkan.
Teguh juga mengemukakan, arti dari nisan tersebut menunjukkan relasi kuasa dan keterkaitan antara Kerajaan Gresik dan Samudera Pasai.
“Untuk Indonesia, artinya dengan adanya makam-makam model seperti itu menunjukkan relasi kuasa, karena makam sejenis itu juga cukup banyak dijumpai di Samudera Pasai, berarti masih ada keterkaitan antara Gresik dan Kerajaan Samudera Pasai,” katanya.
Pameran Literasi Aksara Gata dibuka hari ini hingga Sabtu (28/9) mendatang di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat. Ada ratusan aksara kuno Nusantara yang dipamerkan baik berupa abklats, replika, negatif kaca, dan cetakan logam koleksi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia, serta beberapa koleksi yang dikumpulkan oleh Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI).
Sebagian besar aksara kuno yang diterjemahkan merupakan syair yang memuat pesan-pesan luhur dari para leluhur yang kaya akan nasihat bijaksana tentang hubungan alam dengan manusia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
“Di pameran ini, kan pembukaannya 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah, kebetulan bertepatan dengan haul (peringatan kematian) beliau (Maulana Malik Ibrahim). Di nisan bagian bawah, tertulis beliau meninggal hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun 822 H, jadi nisannya ini berusia 624 tahun dalam kalender Hijriah,” kata Anggota Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) Teguh Fatchur Rozi di Jakarta, Senin.
Teguh menjelaskan, pada nisan makam Maulana Malik Ibrahim, terdapat banyak aksara dan tulisan yang mengandung surat-surat dalam Al Quran.
“Makam Maulana Malik Ibrahim aksara dan tulisannya lumayan banyak. Ada Al Quran Surat Al Ikhlas, Surat Al Baqarah ayat 255, kemudian Surah Al Ashr, Ali Imran, At Taubah juga ada, banyak sekali,” ucapnya.
Selain itu, nisan tersebut juga mengandung tiga jenis khat, yakni garis atau tulisan indah dalam kaligrafi Arab.
“Ada tiga jenis dalam khat Arab, ada khat Tsuluts, khat Naskhi, dan khat Kufi. Ada macam-macam tulisan,” ujar dia.
Teguh juga memaparkan, dalam nisan Maulana Malik Ibrahim, terdapat sanjungan-sanjungan dari masyarakat yang ditujukan padanya,mengingat semasa hidup, Sunan Gresik itu berperan sebagai seorang penasihat raja sekaligus tokoh agama yang memberikan siraman kepada para fakir miskin.
“Beliau meninggal dalam keadaan syahid (berjuang di jalan kebenaran), dan di samping itu, ada juga ragam hias yang menarik sekali dalam nisan tersebut,” tuturnya.
Ia menjelaskan, nisan tersebut dipesan dari Gujarat, India, dengan nisan asli saat ini terletak di Desa Sukolilo, Kota Gresik, tempat Maulana Malik Ibrahim dimakamkan.
Teguh juga mengemukakan, arti dari nisan tersebut menunjukkan relasi kuasa dan keterkaitan antara Kerajaan Gresik dan Samudera Pasai.
“Untuk Indonesia, artinya dengan adanya makam-makam model seperti itu menunjukkan relasi kuasa, karena makam sejenis itu juga cukup banyak dijumpai di Samudera Pasai, berarti masih ada keterkaitan antara Gresik dan Kerajaan Samudera Pasai,” katanya.
Pameran Literasi Aksara Gata dibuka hari ini hingga Sabtu (28/9) mendatang di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat. Ada ratusan aksara kuno Nusantara yang dipamerkan baik berupa abklats, replika, negatif kaca, dan cetakan logam koleksi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia, serta beberapa koleksi yang dikumpulkan oleh Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI).
Sebagian besar aksara kuno yang diterjemahkan merupakan syair yang memuat pesan-pesan luhur dari para leluhur yang kaya akan nasihat bijaksana tentang hubungan alam dengan manusia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024