Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) menyambut baik Program Siap Siaga yang merupakan kemitraan Australia-Indonesia untuk manajemen risiko bencana guna meningkatkan kemampuan Indonesia dalam mencegah, mempersiapkan, menanggapi, dan memulihkan diri dari bencana.
Asisten 1 Sekda Jatim Benny Sampirwanto, di Surabaya, Selasa, mengatakan Jawa Timur rentan terhadap setidaknya 14 jenis ancaman bencana, dengan berbagai tingkat kerentanan dan kapasitas di seluruh wilayah.
"Hasil Program Siap Siaga sudah dirasakan oleh masyarakat Jawa Timur. Selain mendukung pemerintah daerah dalam melaksanakan pengawasan dan audit kebijakan penanganan bencana, program ini juga mengarusutamakan inklusivitas, utamanya bagi penyandang disabilitas," katanya dalam misi pemantauan bersama Program Siap Siaga di Jawa Timur.
Ia mengatakan keterlibatan penyandang disabilitas dalam program penanganan bencana dinilai sangat penting, dimana saat ini terdapat 17 ribu penyandang disabilitas di provinsi itu.
"Program Siap Siaga memfasilitasi penyandang disabilitas dalam memberikan masukan bagi program dan kebijakan pemerintah daerah dalam manajemen risiko bencana, sehingga langkah aksi pemerintah daerah menjadi lebih inklusif," katanya.
Deputi Bidang Sistem dan Strategi di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati menekankan peran penting kolaborasi Pentahelix.
Pendekatan ini mendorong kolaborasi melalui berbagi pengetahuan, keahlian, dan pengalaman, sekaligus membangun kepercayaan dan keyakinan di antara para aktor, yang menghasilkan solusi yang saling menguntungkan, terutama dalam pengurangan risiko bencana dan resiliensi berkelanjutan.
"Perlu adanya program berbasis komunitas yang membangun kesiapsiagaan dan ketahanan masyarakat menghadapi bencana," kata Raditya.
Harapannya, kata dia, dengan misi pemantauan bersama ini pembelajaran yang ada di Jawa Timur bisa digunakan untuk menjadi salah satu model yang diterapkan juga di wilayah lain di Indonesia, terkait bagaimana meningkatkan daya lenting masyarakat untuk siap menghadapi bencana pada masa depan.
"Kolaborasi inklusif juga telah diimplementasikan di Jawa Timur, dengan salah satu pencapaian terbarunya adalah pembentukan Unit Layanan Disabilitas Penanggulangan Bencana (ULD-PB) pada 25 Juni 2024," katanya.
Sementara itu Kepala BPBD Jatim Gatot Soebroto menilai misi pemantauan bersama sebagai momen untuk merefleksikan hasil dari kolaborasi antara BPBD Jawa Timur dan Program Siap Siaga dalam membangun ketangguhan lokal berbasis komunitas melalui berbagai inisiatif.
"Provinsi Jawa Timur telah mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi bencana baik pada tahap pra bencana, saat bencana, maupun pasca-bencana," katanya.
Cara yang ditempuh, kata dia, adalah dengan meningkatkan penguatan kelompok maupun komunitas masyarakat, seperti komunitas desa, komunitas disabilitas, komunitas sepeda kayuh, komunitas motor, dan sebagainya.
"Program Siap Siaga juga telah mendukung BPBD dalam percepatan capaian pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) di beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur," ujarnya.
Team Leader Siap Siaga Lucy Dickinson menjelaskan kegiatan tersebut menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan dari Pemerintah Australia dan Indonesia untuk mengevaluasi kinerja yang telah dilakukan Siap Siaga di Jawa Timur serta mendiskusikan capaian dan pembelajaran yang didapat bersama mitra dan pemangku kepentingan terkait.
Asisten 1 Sekda Jatim Benny Sampirwanto, di Surabaya, Selasa, mengatakan Jawa Timur rentan terhadap setidaknya 14 jenis ancaman bencana, dengan berbagai tingkat kerentanan dan kapasitas di seluruh wilayah.
"Hasil Program Siap Siaga sudah dirasakan oleh masyarakat Jawa Timur. Selain mendukung pemerintah daerah dalam melaksanakan pengawasan dan audit kebijakan penanganan bencana, program ini juga mengarusutamakan inklusivitas, utamanya bagi penyandang disabilitas," katanya dalam misi pemantauan bersama Program Siap Siaga di Jawa Timur.
Ia mengatakan keterlibatan penyandang disabilitas dalam program penanganan bencana dinilai sangat penting, dimana saat ini terdapat 17 ribu penyandang disabilitas di provinsi itu.
"Program Siap Siaga memfasilitasi penyandang disabilitas dalam memberikan masukan bagi program dan kebijakan pemerintah daerah dalam manajemen risiko bencana, sehingga langkah aksi pemerintah daerah menjadi lebih inklusif," katanya.
Deputi Bidang Sistem dan Strategi di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati menekankan peran penting kolaborasi Pentahelix.
Pendekatan ini mendorong kolaborasi melalui berbagi pengetahuan, keahlian, dan pengalaman, sekaligus membangun kepercayaan dan keyakinan di antara para aktor, yang menghasilkan solusi yang saling menguntungkan, terutama dalam pengurangan risiko bencana dan resiliensi berkelanjutan.
"Perlu adanya program berbasis komunitas yang membangun kesiapsiagaan dan ketahanan masyarakat menghadapi bencana," kata Raditya.
Harapannya, kata dia, dengan misi pemantauan bersama ini pembelajaran yang ada di Jawa Timur bisa digunakan untuk menjadi salah satu model yang diterapkan juga di wilayah lain di Indonesia, terkait bagaimana meningkatkan daya lenting masyarakat untuk siap menghadapi bencana pada masa depan.
"Kolaborasi inklusif juga telah diimplementasikan di Jawa Timur, dengan salah satu pencapaian terbarunya adalah pembentukan Unit Layanan Disabilitas Penanggulangan Bencana (ULD-PB) pada 25 Juni 2024," katanya.
Sementara itu Kepala BPBD Jatim Gatot Soebroto menilai misi pemantauan bersama sebagai momen untuk merefleksikan hasil dari kolaborasi antara BPBD Jawa Timur dan Program Siap Siaga dalam membangun ketangguhan lokal berbasis komunitas melalui berbagai inisiatif.
"Provinsi Jawa Timur telah mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi bencana baik pada tahap pra bencana, saat bencana, maupun pasca-bencana," katanya.
Cara yang ditempuh, kata dia, adalah dengan meningkatkan penguatan kelompok maupun komunitas masyarakat, seperti komunitas desa, komunitas disabilitas, komunitas sepeda kayuh, komunitas motor, dan sebagainya.
"Program Siap Siaga juga telah mendukung BPBD dalam percepatan capaian pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) di beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur," ujarnya.
Team Leader Siap Siaga Lucy Dickinson menjelaskan kegiatan tersebut menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan dari Pemerintah Australia dan Indonesia untuk mengevaluasi kinerja yang telah dilakukan Siap Siaga di Jawa Timur serta mendiskusikan capaian dan pembelajaran yang didapat bersama mitra dan pemangku kepentingan terkait.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024