Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya mendorong pengembangan bekas Penjara Kalisosok masuk dalam salah satu destinasi wisata Kota Lama Surabaya.

Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya AH Thony di Surabaya, Kamis mengatakan saat ini bekas Penjara Kalisosok memang dimiliki oleh pihak lain.

"Namun, pemerintah bisa memburu siapa pemiliknya dengan melalui pendekatan partisipasi. Namun, kalau tidak, pemerintah bisa membelinya. Jangan sampai cagar budaya tersebut dibiarkan menjadi rusak," katanya.

Ia mengatakan, bekas Penjara Kalisosok tidak bisa dipisahkan dengan cerita Kota Lama yang saat ini sedang genjot digarap oleh Pemerintah Kota Surabaya.

"Sekarang ini menjadi awal yang baik, tetapi masih banyak hal lain yang perlu dieksplorasi untuk mengembangkan Kota Lama di Surabaya ini, termasuk di dalamnya Sungai Kalimas yang menjadi bagian integral bagian Kota Lama, dan bekas Penjara Kalisosok bagian penting," katanya.

Ia mengatakan, jika dua lokasi itu dikembangkan dan menjadi bagian revitalisasi Kota Lama tentunya akan menjadi lebih kuat.

"Seperti cerita awal Surabaya sampai dengan muncul bangunan seperti ini, dari ketertindasan dan juga perang," katanya.

Ia mengatakan, masa klasik seperti yang tertulis di Prasasti Canggu yang menguatkan Kalimas pada era klasik, kemudian masuk ke era kolonial hingga kemudian era kemerdekaan.

Baca juga: DPRD Surabaya selesaikan draft raperda pelepasan aset

"Ada beberapa hal yang perlu dikembangkan atau dikuatkan salah satunya adalah peran serta masyarakat, jangan sampai Kota Lama ini bangkit kembali dan masyarakat malah jadi penonton," ucapnya.

Ia mengatakan, beberapa gedung yang ada di lingkungan Kota Lama tersebut juga harus dimaksimalkan secara fungsinya.

"Termasuk zona jembatan merah plaza (JMP) jangan pasif harus menyesuaikan seperti di depannya harus mencerminkan jalur rempah, yang menggambarkan bahwa nusantara sejak dulu jaya akan rempah-rempah," katanya.

Ia juga menyampaikan, bahwa kawasan Kota Lama Surabaya itu adalah tempat untuk jalan-jalan, bukan tempat untuk nongkrong.

"Dengan jalan-jalan tentunya akan terjadi interaktif, dan juga masyarakat bisa melihat secara detail bentuk bangunan dan juga arsitektur termasuk ornamen-ornamen yang ada di dalamnya," katanya.

Ia mengajak kepada masyarakat, bagaimana kemajuan peradaban desain bangunan seratus tahun lalu itu bisa bertahan sampai dengan sekarang.

"Mungkin juga bisa menjadi bahan penelitian," katanya.

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Vicki Febrianto


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024