Bakal Calon Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak pemuka agama di provinsi ini untuk bersama-sama membangun harmonious partnership demi terwujudnya kedamaian dan kesejahteraan masyarakat setempat.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Khofifah mengemukakan hal itu saat menggelar pertemuan dengan keluarga besar Persekutuan Gereja-Gereja Pentakosta Indonesia (PPGI) dan Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII) Jawa Timur di Surabaya, Minggu (4/8).
"Pentingnya ada pertemuan semacam ini adalah agar ada meeting of mind atau titik temu cara pandang antara kita bersama. Apa yang menjadi rekomendasi tersampaikan sehingga muncul yang namanya mutual understanding," kata Khofifah dalam keterangannya di Surabaya, Senin.
Menurut dia, ketika sudah muncul mutual understanding, solusi akan makin mudah dicari. Dengan begitu akan muncul mutual trust dan mutual respect. Bangunan ini akan menciptakan harmoni di antara semua pihak.
Lebih lanjut wanita yang juga Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama ini menegaskan bahwa keberagaman Indonesia adalah sebuah kekuatan. Namun, dengan catatan dalam keberagaman tersebut harus tercipta keseimbangan dan saling menguatkan. Kekuatan ini sangat penting dalam mewujudkan kemajuan pembangunan Jawa Timur.
"Bagi kami sangat penting untuk menempatkan Jatim sebagai center of gravity. Saya sering menyampaikan bahwa ketika IKN resmi difungsikan, de facto ibu kota negara Indonesia adalah Jawa Timur. Mengingat sektor pendidikan maupun kesehatan di Jatim relatif memenuhi standar internasional," ujarnya.
Oleh sebab itu, Khofifah sering menyampaikan setiap ada pergantian pejabat seperti kapolda, Pangdam V/Brawijaya, kajati, Pangdivif 2 Kostrad, serta Pangko Armada II bahwa Jatim tidak boleh batuk. Karena jika batuk, droplet-nya akan sampai ke ibu kota.
"Harmonious partnership harus dibangun, terutama untuk selesaikan kerja-kerja yang telah diinisiasi bersama selama 5 tahun ke belakang. Hal ini karena masih ada PR besar yang harus diselesaikan, salah satunya yaitu masalah ketimpangan percepatan pembangunan utara dan wilayah selatan," ujarnya.
Dikatakan Khofifah bahwa wilayah selatan cenderung lebih lambat kecepatan pembangunan dan kemajuan ekonominya dibandingkan wilayah utara. Hal ini tidak terjadi di Jawa Timur saja, tetapi juga di provinsi lain di Indonesia, bahkan di tataran negara negara dunia.
Di tataran internasional atau global, kata dia, ada organisasi khusus yang merupakan kumpulan kolaborasi negara selatan-selatan (south south collaboration) untuk menggenjot percepatan pembangunan wilayah selatan.
"Dalam 5 tahun kepemimpinan kami kemarin, sebenarnya sudah ada prioritas untuk pengembangan dan pembangunan di wilayah selatan Jawa Timur, salah satunya adalah dengan inisiasi pembangunan kawasan Selingkar Wilis," tutur Khofifah.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024