Berbagai agenda atau ajang tahunan digelar oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, yang dikemas dalam "Banyuwangi Festival".

Salah satunya adalah ajang balap sepeda International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) 2024, yang digelar beberapa waktu lalu. Ajang balap sepeda dunia itu berlangsung selama empat hari, 22-25 Juli 2024.

Balap sepeda dunia ini tidak sekadar menjadi agenda rutin tiap tahun. pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya bekerja bersama, bagaimana setiap konsep agenda yang menggunakan APBD itu mampu berdampak pada perekonomian yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di daerah itu.

Tidak jauh dari konsep Abdullah Azwar Anas (Bupati Banyuwangi dua periode/ 2010-2020), Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menduplikasi dan memperbarui konsep tiap gelaran yang dikemas dalam Banyuwangi Festival.

Kejuaraan balap sepeda dunia yang merupakan satu dari 79 agenda kalender event Banyuwangi Festival (B-Fest) 2024. Pemkab Banyuwangi sengaja memilih lokasi wisata menjadi tempat pelepasan atau start kejuaraan yang diikuti pembalap dari 13 negara itu.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga berkomitmen menjadikan kejuaraan balap sepeda sebagai instrumen olahraga dan pariwisata serta untuk menggeliatkan perekonomian masyarakat setempat.

Seperti pada etape dua, pembalap sepeda dilepas dari kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Taman Nasional Alas Purwo yang berada di sisi selatan Banyuwangi itu merupakan tempat wisata berwawasan lingkungan yang mengutamakan konservasi alam.

Taman nasional tersebut memiliki setidaknya 700 jenis tumbuhan, dan merupakan habitat hewan dilindungi, seperti banteng, macan tutul, monyet ekor panjang, kijang, babi hutan, serta 250 aves, dan reptil.

Kawasan Taman Nasional Alas Purwo juga memiliki banyak objek wisata menarik, mulai kawasan sabana, pantai, gua kuno, wisata budaya, hingga hutan bakau (mangrove).

Ajang balap sepeda dunia Tour de Banyuwangi Ijen di etape kedua menempuh jarak sepanjang 153 kilometer, dan pembalap sengaja dilewatkan rute menyusuri cagar biosfer dunia di sekitar Kawah Ijen.

Taman Wisata Alam Kawah Ijen yang berada di bawah Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur itu menyimpan beragam situs geologi, budaya, serta kekayaan hayati dan telah ditetapkan sebagai cagar biosfer dunia oleh UNESCO. Kawasan yang masuk dalam jajaran Geopark Ijen tersebut, saat ini telah resmi menjadi bagian dari Unesco Global Geopark.

Taman wisata alam ini merupakan kawasan hutan purba yang terbentuk dari letusan gunung api purba jutaan tahun lalu, sedangkan Taman Nasional Baluran Alas Purwo terbentuk dari lautan yang terangkat menjadi daratan.

Pembalap yang berasal dari 13 negara memulai start dari kawasan Pantai Pancur, dan ini juga merupakan bagian dari situs Geopark Ijen. Setelahnya, mereka juga melintasi Situs Kawitan yang juga merupakan bagian dari situs yang sama.

TN Alas Purwo juga menyimpan banyak kekayaan alam lain, mulai dari Pantai Plengkung, Pantai Padang Ireng, Teluk Pangpang, Savana Sadengan, Sembulungan, dan Gua Istana.

Pemkab Banyuwangi mendesain ajang balap sepeda yang memadukan antara olahraga, alam, dan budaya. Di kawasan cagar biosfer (TN Alas Purwo) pembalap menyusuri hutan Alas Purwo yang masih asri.

Selain mengenalkan cagar biosfer dunia di kawasan Taman Nasional Alas Purwo kepada pembalap sepeda dunia itu, di etape tiga, Pemkab Banyuwangi juga mengenalkan potensi cokelat di wilayah selatan Banyuwangi.

Tepatnya di Doesoen Kakao, Kecamatan Glenmore. Wisata edukasi Doesoen Kakao memiliki luas kebun kakao sekitar 1.500 hektare.

Doesoen Kakao merupakan objek wisata edukasi potensi cokelat Banyuwangi yang mulai beroperasi sejak 2016 dan berada di wilayah PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII.

Perkebunan ini menghasilkan Kakao Edel atau biasa disebut Kakao Mulia yang memiliki kualitas unggul hingga diekspor ke berbagai negara, seperti Swiss, Jerman, Prancis, Amerika Serikat, Italia, Malaysia, Inggris, dan berbagai negara lainnya.

Kakao Edel memiliki biji berwarna putih, kadar lemaknya rendah dan teksturnya mudah meleleh. Selain itu, rasa cokelat yang dihasilkan dari Kakao Edel juga memiliki rasa asam-manis madu. Tidak heran apabila cokelat jenis Edel digemari oleh warga mancanegara.

Pemkab Banyuwangi sengaja memilih start etape tiga di Doesoen Kakao untuk mengenalkan potensi cokelat kepada para pembalap dunia. Selain itu, jalan di kawasan perkebunan cokelat ini adalah jalur lintas selatan yang segera menghubungkan Banyuwangi dengan Jember, hingga Kabupaten Pacitan.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga terus mengenalkan Ijen Geopark yang sudah ditetapkan sebagai anggota UNESCO Global Geopark (UGG) baru kepada masyarakat dunia lewat berbagai ajang berskala internasional.

Kawan Taman Wisata Alam Kawah Ijen yang dikenal dengan fenomena api birunya dan termasuk langka di dunia itu menjadi tempat finis balap sepeda dunia pada etape empat atau terakhir.

Tidak hanya tempat wisata, di ajang balap sepeda dunia itu juga menjadi momentum untuk mengenalkan tradisi pesantren kepada pembalap sepeda dari berbagai negara itu.

Pengenalan pada dunia pesantren itu juga menjadi salah satu upaya pemkab mengampanyekan nilai-nilai toleransi dan tradisi. Apalagi, pesantren merupakan ikon pendidikan asli Nusantara yang mempunyai sejarah panjang dalam menyemaikan nilai-nilai Islam yang penuh damai dan saling menghargai dengan pemeluk agama di luar Islam. Fakta itulah yang ingin disampaikan kepada pembalap dan khalayak luas.

Mengenalkan tradisi dan budaya-budaya Nusantara ini diharapkan bisa memberikan kesan berbeda yang tidak mereka temukan saat mengikuti kompetisi serupa di negara lain.

Selain berdampak makin dikenalnya objek wisata dan tradisi pesantren di Banyuwangi, gelaran balap sepeda yang sudah kesembilan kalinya digelar ini juga berdampak positif kepada para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Banyuwangi.

Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi Nanin Oktavianti mengatakan dengan digelarnya puluhan ajang dalam festival itu berdampak baik kepada para pelaku usaha yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan mereka.

Dampak ekonomi dirasakan warga di sepanjang rute balap dengan menempuh jarak lebih dari 600 kilometer mengelilingi wilayah Banyuwangi itu.

Ajang balap sepeda dunia yang digelar kembali setelah empat tahun vakum karena pandemi COVID-19 ini tidak saja menjadi ajang tontonan menghibur bagi masyarakat Banyuwangi, tapi juga menambah nilai ekonomi dengan banyaknya kunjungan wisatawan, termasuk hadirnya kru dari tim peserta balap itu.

Subri, salah seorang pemilik warung makanan dan minuman di kawasan Ekowisata Kalibendo, Desa Kampunganyar, Kecamatan Glagah, mengaku pendapatannya bertambah tiga kali lipat dari hari-hari biasa.

Kebetulan warung dia menjadi jalur dari ajang balap sepeda. Banyak warga yang ingin melihat balap sepeda ngopi dan makan di warung itu.

Selain dampak yang dirasakan oleh pemerintah daerah dan warga, ajang-ajang di Kabupaten Banyuwangi itu tentunya bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia untuk mengembangkan kegiatan yang mengolaborasikan antara olahraga dengan pariwisata yang terbukti mampu memberikan efek ekonomi bagi masyarakat.

 

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Vicki Febrianto


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024