Bojonegoro - Kepala Desa Sarirejo, Kecamatan Balen, Bojonegoro, Jatim, Niti Suparlan memperkirakan, kerugian tanaman padi di wilayahnya yang terendam banjir Bengawan Solo, mencapai Rp1,2 juta/hektare, dengan alasan padinya baru berusia sebulan. "Kerugian Rp1,2 juta per hektare itu, berdasarkan perhitungan biaya sewa traktor untuk menggarap tanah dan biaya tanam, belum termasuk pupuk, " katanya di Bojonegoro, Selasa. Ia menyebutkan, tanaman padi yang terendam air banjir di desanya luasnya mencapai 100 hektare. Tanaman padi tersebut, terendam air banjir sejak dua hari yang lalu dan diperkirakan kalau banjir yang merendam berlangsung selama lima hari, tanaman padi tersebut, akan mati. "Kami juga melaporkan ke kantor kecamatan, tanaman padi di wilayah kami yang terendam air banjir 100 hektare, dengan kerugian Rp1,2 juta per hektarenya, " jelasnya. Menurut dia, sebelum banjir datang, para petani di desanya baru saja melakukan pemupukan. Akibatnya, dengan datangnya banjir, akan semakin memperparah kerusakan atas tanaman padi. "Ini air banjir masih terus merambat naik, " katanya, menjelaskan. Berdasarkan data di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, akibat luapan Bengawan Solo sedikitnya 1.100 hektare tanaman padi di 25 desa di Kecamatan Baureno, Kanor, Balen, Kapas, Trucuk dan Kecamatan kota, terendam air banjir. Tanaman padi yang terendam air banjir tersebut, usianya mulai yang baru tanam dengan usia sekitar sepekan hingga hampir panen dengan usia 80 hari. Daerah yang tanaman padinya terparah terendam banjir yakni di Desa Pucangarum, Lebaksari, Tanggungan, Kalisari, Bumi Ayu, dan Kauman di Kecamatan Baureno, dengan luas mencapai 497 hektare. Dimintai konfirmasi Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro, Subekti mengaku, belum bisa memperhitungkan besarnya kerugian kerusakan tanaman padi yang terendam air banjir, dengan alasan banjir masih berlangsung. Namun, kerusakan tanaman padi yang terendam air banjir semakin parah, sebab genangan air banjir semakin tinggi dan terus meluas. Ditanya kerugian banjir bisa mencapai Rp1,2 juta per hektare, ia juga belum bisa memastikan. Alasannya, dalam memperhitungkan kerugian kerusakan tanaman padi harus berdasarkan kondisi di lapangan, paling tidak genangan banjir sudah berlangsung tiga hari. "Tingkat kerusakan tanaman padi yang baru tanam berbeda dengan kerusakan tanaman padi yang sudah berbuah kemudian terendam banjir, " katanya, menjelaskan. Menurut dia, tanaman padi yang baru berusia muda kalau terendam air banjir masih berpeluang hidup setelah banjir surut. Namun, tanaman padi yang sudah berbuah, kalau terendam air banjir selama tiga hari, akan membusuk dan kecil kemungkinan bisa panen. "Seperti tanaman padi yang sudah berusia 80 hari, harus dipanen paksa, " katanya, menambahkan. (*).

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012