Bangkalan - Sejumlah dokter spesialis dan tenaga medis yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan, Madura, Jumat, mogok kerja karena honor jasa medis belum cair selama enam bulan.
Akibat aksi mogok dokter spesialis ini, pasien dari golongan keluarga miskin banyak yang terkatung-katung sejak tiga hari terakhir. Sebab, mereka tidak segera mendapatkan pelayanan medis dari sejumlah dokter spesialis dan tenaga medis yang bertugas di unit kamar operasi kecil (OK) RSUD setempat.
"Tindakan mogok kerja dokter spesialis ini tidak bisa dibiarkan, karena korbannya adalah pasien warga miskin," kata Wakil Direktur RSUD Syamrabu, Tomy Firyanto.
Salbiyah (37) salah seorang pasien penderita tumor di rumah sakit itu mengatakan, sejak tanggal 3 Januari kemarin dokter spesialis memang sudah tidak ada di RSUD Bangkalan.
"Saya rencananya mau dioperasi hari Selasa kemarin, tapi karena tak ada dokter spesialisnya, maka operasi ditunda hingga saat ini," kata Salbiyah.
Sementara itu, Wakil Direktur RSUD Syamrabu, Tomy Firyanto, mengatakan, tindakan mogok kerja atau penelantaran terhadap pasien merupakan pelanggaran keras yang tidak dapat bisa dimaafkan.
"Aksi pembiaran atau penelantaran pada pasien ini sudah masuk kategori pelanggaran serius," ucap Tomy.
Sejumlah tenaga medis di RSUD Bangkalan menjelaskan, aksi mogok kerja para dokter spesialis dan sebagian tenaga medis di rumah sakit itu, karena selama enam bulan ini mereka belum menerima honor.
Menurut Wakil Direktur RSUD Syamrabu, Tomy Firyanto, itu tidak hanya menimpa dokter dan tenaga medis lainnya, tapi juga dialami seluruh karyawan RSUD Syamrabu.
"Dan itu hal yang wajar, dan pasti dialami seluruh rumah sakit milik pemerintah. Karena jasa pelayanan medis baru bisa dicairkan setelah proses klaim diajukan kepada pemerintah. Jasa pelayanan medis yang tertunda dua bulan, bukan enam bulan," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012