Bojonegoro - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro memprogramkan penggalian purbakala (ekskavasi) situs Mlawatan di Desa Wotangare, Kecamatan Kalitidu yang diperkirakan bekas peninggalan Kerajaan Malawapati dengan anggaran Rp100 juta dari APBD 2012. "Besarnya dana Rp100 juta itu, tahap awal. Kalau memang hasilnya positif, bisa ditambah anggaran melalui Perubahan APBD 2012," kata Kepala Disburpad Bojonegoro, Suismoyo, Senin. Ia mengatakan, program ekskavasi Situs Mlawatan akan dijalankan pada 2012, setelah usulan anggaran Rp100 juta di dalam APBD 2012, mendapatkan persetujuan. "Sebelum dilakukan ekskavasi, kita koordinasikan dulu dengan berbagai pihak, termasuk melalui lokakarya," paparnya. Ditanya masalah tanah situs Mlawatan, Suismoyo menyatakan, karena tanah lokasi situs Mlawatan merupakan tanah milik masyarakat, pada tahap awal ekskavasi dilakukan dengan sistim sewa. Namun, kalau memang dalam proses ekskavasi terbukti benar ada temuan yang merupakan peninggalan Kerajaan Malawati, baru tanah milik warga itu dibebaskan. "Setelah anggaran disetujui, penggalian segera dilakukan," ucapnya. Suismoyo menyampaikan, apresiasi atas berbagai usaha yang dilakukan berbagai pihak, termasuk warga di Desa Wotangare yang berusaha membuktikan kebenaran keberadaan Kerajaan Malawapati. "Kita lihat bagaimana hasilnya nanti," katanya. Sebelum itu, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, mengusulkan situs Mlawatan di Desa Wotangare, Kecamatan Kalitidu dilakukan ekskavasi dengan ditemukannya tumpukkan batu bata kuno di situs itu. "Penggalian purbakala dibutuhkan untuk memastikan keberadaan Kerajaan Malawapati dengan rajanya Prabu Anglingdarma," kata seorang penyusun buku Petilasan Prabu Anglingdarma dari Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, Sukari. Ia menjelaskan, warga Desa Wotangare, Kecamatan Kalitidu yang dipimpin Rochman (59) pada 11 November telah melakukan penggalian secara tradisional di lokasi situs Mlawatan. Dari hasil penggalian, ditemukan tumpukkan batu bata kuno memanjang. Dari identifikasi, batu bata kuno di lokasi ada tiga macam masing-masing berukuran 20 X 20 cm, 30 X 30 cm dan 40 X 40 cm, semuanya memiliki ketebalan yang sama yakni lima centimeter. Di samping itu, ditemukan pecahan keramik mirip vas bunga juga di sekitar lokasi situs Mlawatan. Batu bata kuno itu, lanjutnya, jelas jauh lebih besar dibandingkan dengan batu bata, di jaman sekarang yang ukurannya hanya 10 X 20 cm dengan ketebalan tiga centimeter. Penggalian dilakukan paling dalam sekitar 0,50 meter dan ditemukan tumpukkan batu bata kuno memanjang. Diperkirakan, tumpukan batu bata kuno tersebut merupakan sebuah bangunan yang menjadi peninggalan dari Kerajaan Malawapati. "Penggalian panjangnya ada kalau 1,5 meter," ungkapnya.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011