Pabrik tahu "Proma" di Kelurahan Kedung Asem di Kota Probolinggo, Jawa Timur sejak 2014 hingga saat ini aktif mengelola limbahnya menjadi biogas.
"Kami mengolah limbah tahu menjadi biogas sejak 2014 bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)," kata pemilik pabrik tahu Ahmad Sidik dalam keterangan tertulis yang diterima di Kota Probolinggo, Senin.
Menurut dia kerja sama itu diwujudkan dengan pembangunan instalasi biogas limbah tahu yang pertama kali di pabrik tahu Proma dengan menghasilkan limbah sebanyak 300-400 kilogram per harinya, sehingga dari jumlah limbah itu bisa mencukupi kebutuhan gas bagi 25 rumah tangga di sekitarnya.
"Semakin banyak produksi tahu, maka semakin melimpah limbahnya, sehingga penerima manfaat bisa menjangkau lebih banyak karena dulu sebelum COVID-19 atau tahun 2019 pernah mencukupi kebutuhan gas hingga 46 rumah tangga," tuturnya.
Sementara Penjabat Wali kota Probolinggo Nurkholis mengapresiasi upaya dari pabrik tahu tersebut dalam menyediakan biogas bagi rumah tangga sekitarnya.
"Keberadaan biogas limbah tahu menjadi salah satu pemacu dan pemicu bagi masyarakat Kota Probolinggo untuk mengelola limbah yang ramah lingkungan karena itu merupakan salah satu bagian dari kegiatan mitigasi perubahan iklim," katanya.
Ia mengatakan pengelolaan limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat sangat dibutuhkan karena jika limbah cair itu dibuang tanpa diolah dulu bisa merusak kualitas air sungai dan hal itu upaya mengurangi emisi gas rumah kaca, sehingga perlu didorong lebih banyak pemangku kepentingan yang mendukung dan peduli lingkungan.
"Saya berharap pengelolaan limbah menjadi biogas itu tetap dilanjutkan karena bermanfaat bagi masyarakat dan terkait masukan untuk bisa mendongkrak produksi tahu agar semakin lebih banyak rumah tangga pengguna biogas, nanti akan kami bahas lebih lanjut bersama Dinas Lingkungan Hidup," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Kami mengolah limbah tahu menjadi biogas sejak 2014 bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)," kata pemilik pabrik tahu Ahmad Sidik dalam keterangan tertulis yang diterima di Kota Probolinggo, Senin.
Menurut dia kerja sama itu diwujudkan dengan pembangunan instalasi biogas limbah tahu yang pertama kali di pabrik tahu Proma dengan menghasilkan limbah sebanyak 300-400 kilogram per harinya, sehingga dari jumlah limbah itu bisa mencukupi kebutuhan gas bagi 25 rumah tangga di sekitarnya.
"Semakin banyak produksi tahu, maka semakin melimpah limbahnya, sehingga penerima manfaat bisa menjangkau lebih banyak karena dulu sebelum COVID-19 atau tahun 2019 pernah mencukupi kebutuhan gas hingga 46 rumah tangga," tuturnya.
Sementara Penjabat Wali kota Probolinggo Nurkholis mengapresiasi upaya dari pabrik tahu tersebut dalam menyediakan biogas bagi rumah tangga sekitarnya.
"Keberadaan biogas limbah tahu menjadi salah satu pemacu dan pemicu bagi masyarakat Kota Probolinggo untuk mengelola limbah yang ramah lingkungan karena itu merupakan salah satu bagian dari kegiatan mitigasi perubahan iklim," katanya.
Ia mengatakan pengelolaan limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat sangat dibutuhkan karena jika limbah cair itu dibuang tanpa diolah dulu bisa merusak kualitas air sungai dan hal itu upaya mengurangi emisi gas rumah kaca, sehingga perlu didorong lebih banyak pemangku kepentingan yang mendukung dan peduli lingkungan.
"Saya berharap pengelolaan limbah menjadi biogas itu tetap dilanjutkan karena bermanfaat bagi masyarakat dan terkait masukan untuk bisa mendongkrak produksi tahu agar semakin lebih banyak rumah tangga pengguna biogas, nanti akan kami bahas lebih lanjut bersama Dinas Lingkungan Hidup," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024