Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo meningkatkan kesiagaan dan kewaspadaan terkait potensi peningkatan kasus DBD (demam berdarah dengue) selama musim hujan.
"Prinsipnya kami tetap siaga dan waspada. Sejak Januari 2024 hingga sekarang sudah ada 13 kasus DBD," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ponorogo Dyah Ayu Puspitaningarti di Ponorogo, Selasa.
Jumlah kasus yang dicatat Dinkes bisa jadi berbeda dengan data yang diidentifikasi rumah sakit, seperti di RSU Aisyiyah Ponorogo, dimana pasien yang dirawat dengan diagnosa DBD ada 20 orang.
Jumlah ini berbeda dengan update data Dinkes per Februari 2024, tercatat enam kasus, sedangkan pada Januari tujuh kasus DBD.
Menurut Dyah, perbedaan data antara Dinkes dengan RS itu wajar, karena pihaknya lebih selektif dalam menyatakan kasus DBD.
Dyah mengatakan untuk menentukan kasus DBD, ada kriterianya, sehingga jika ada perbedaan antara Dinkes dan RS merupakan hal yang wajar.
Sebagai contoh, pasien DF di RS sudah masuk kategori DBD. Hal tersebut sebagai antisipasi pihak rumah sakit dalam hal penanganan. Sedangkan pihak Dinkes, yang dinyatakan DB jika trombosit sudah di bawah 100 ribu.
"Kami menentukan apakah DBD atau tidak, harus sesuai dengan kriteria. Karena, ini yang digunakan untuk menentukan status daerah yang bersangkutan, sehingga kami benar-benar melakukan pengetatan, kalau rumah sakit berbeda dengan Dinkes," katanya.
"Kami menentukan apakah DBD atau tidak, harus sesuai dengan kriteria. Karena, ini yang digunakan untuk menentukan status daerah yang bersangkutan, sehingga kami benar-benar melakukan pengetatan, kalau rumah sakit berbeda dengan Dinkes," katanya.
Kendati begitu, pihaknya tetap memantau pergerakan kasus di rumah sakit/klinik dan puskesmas di daerah itu.
Seluruh laporan akan dikaji dan dianalisa dengan pendekatan epidemologi untuk mengevaluasi sebaran kasus dan langkah penanggulangan yang diperlukan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024