Surabaya - Sejumlah petani di Indonesia belum mengoptimalkan instrumen pembiayaan Sistem Resi Gudang karena kurangnya pemahaman mereka untuk memanfaatkan sarana pemerintah tersebut. "Untuk itu, kini kami melatih 44 orang dari berbagai penjuru Nusantara sebagai pendamping penerapan Sistem Resi Gudang di Tanah Air," kata Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Syahrul R Sempurnajaya, ditemui setelah Pelatihan Fasilitator Pendamping Gudang Sistem Resi Gudang Kementerian Perdagangan, di Surabaya, Rabu. Menurut dia, Sistem Resi Gudang yang disosialisasikan di Kota Pahlawan dapat memudahkan kelompok tani, koperasi, maupun Usaha Kecil Menengah yang memerlukan bantuan pembiayaan. "Sistem ini lebih mudah dibandingkan KUR atau KUT karena cukup menjaminkan barang yang mereka simpan di gudang. Kalau kredit lain, mayoritas wajib menjaminkan sertifikat tanah, rumah, atau BPKB," ujarnya. Di sisi lain, ia mengaku, Sistem Resi Gudang sudah terealisasi di beberapa wilayah di Indonesia tetapi terhambat oleh kepedulian pemerintah daerah memanfaatkan gudang yang sudah mereka bangun. "Kami yakin sebenarnya pemerintah daerah memiliki kemampuan keuangan untuk membangun fisik gudang tersebut bagi petani," katanya. Akan tetapi, rinci dia, pada umumnya setelah membangun fisik gudang dengan kapasitas tampung tertentu, gudang itu jarang dimanfaatkan sesuai tujuan awal menyimpan barang petani. "Ada yang dipakai sebagai kandang ayam, lapangan bulutangkis, dan ada yang memakainya untuk kegiatan hiburan seperti mengadakan konser dangdut," katanya. Sementara, terkait besaran pembiayaan yang bisa diperoleh petani dengan Sistem Resi Gudang, Sekretaris Bappebti, Nizarli menambahkan, akan dihargai 70 persen dari nilai barang yang disimpan di gudang. Mereka cukup membawa surat resi gudangnya ke bank daerah di wilayahnya seperti Bank Jatim dan Bank Jabar. "Di sisi lain, pada tahun ini kami sudah membangun 15 gudang di Tanah Air. Dari jumlah tersebut lima gudang di antaranya berada di Jatim seperti Tuban, Lamongan, Blitar, Probolinggo, dan Situbondo," katanya. Selain itu, lanjut dia, saat ini di Jatim sudah terbangun sebanyak 16 gudang yang menerapkan Sistem Resi Gudang. Namun, yang sudah beroperasional meliputi Madiun, Ngawi, Nganjuk, Jombang, Pasuruan, Probolinggo, Sampang, dan Sumenep di mana pembiayaan petani di sana berasal dari Bank Jatim. "Kami optimistis, sampai akhir tahun 2011 dapat mengalokasikan dana senilai di atas Rp50 miliar untuk pembangunan gudang di Indonesia. Kini, realisasinya sudah mencapai Rp42 miliar," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011