Salah satu produsen kalsium karbida atau karbit di Jawa Timur mencatatkan laba sebesar Rp35,871 miliar pada kuartal III 2023, yang diperkirakan sampai dengan akhir tahun ini akan mencapai sebesar Rp46 miliar.
"Laba tersebut bisa lebih besar dari laba 2022 yang mencatatkan sebesar Rp38,417 miliar," kata Direktur PT Emdeki Utama Yudi Cahyono, saat ditemui wartawan di Gresik, Senin.
Selain itu, pihaknya juga mencatatkan total volume penjualan Kalsium Karbida sebesar 15.516 ton dan sampai dengan akhir tahun 2023 ditarget mencapai 22.000 ton.
"Ada beberapa hambatan dan risiko usaha yang kami hadapi, diantaranya perekonomian global dan domestik melemah, kompetisi dengan karbit impor, bahan baku impor lebih mahal dan beban nilai tukar rupiah terus meningkat terhadap Dolar Amerika serta biaya kontainer untuk ekspor tinggi," ujarnya.
Tak hanya itu, ada juga pengembangan usaha yang sedang dijalankan perusahaannya saat ini dengan menggunakan dana internal perusahaan, yakni pembuatan MORTAR dan Precipitated Calcium Carbonate (PCC).
"Mortar adalah produk seperti semen yang biasa digunakan sebagai plester dinding dan perekat pemasangan bata. Sementara PCC adalah bahan yang biasa digunakan untuk pembuatan kertas, plastik, tinta, cat dan lain-lain," katanya.
Bahan baku kedua produk tersebut, lanjutnya, telah tersedia dari sisa pembakaran kapur yang selama ini tidak terpakai, sebagian dijual dan sebagian dibuang.
"Bahan baku lain untuk PCC menggunakan gas buang CO2 atau Karbon Dioksida," tuturnya.
Yudi menjelaskan, untuk Mortar saat ini sudah diproduksi dengan kapasitas 4.200 ton per tahun yang mulai beroperasi Juli 2022.
"Kalau PCC, saat ini masih dengan kapasitas produksi 800 ton per tahun yang beroperasi pada 2023 ini," ucap Yudi.
Hal tersebut, dilakukannya untuk lebih memanfaatkan hasil sisa produksi serta menerapkan perusahaannya ke industri hijau.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Laba tersebut bisa lebih besar dari laba 2022 yang mencatatkan sebesar Rp38,417 miliar," kata Direktur PT Emdeki Utama Yudi Cahyono, saat ditemui wartawan di Gresik, Senin.
Selain itu, pihaknya juga mencatatkan total volume penjualan Kalsium Karbida sebesar 15.516 ton dan sampai dengan akhir tahun 2023 ditarget mencapai 22.000 ton.
"Ada beberapa hambatan dan risiko usaha yang kami hadapi, diantaranya perekonomian global dan domestik melemah, kompetisi dengan karbit impor, bahan baku impor lebih mahal dan beban nilai tukar rupiah terus meningkat terhadap Dolar Amerika serta biaya kontainer untuk ekspor tinggi," ujarnya.
Tak hanya itu, ada juga pengembangan usaha yang sedang dijalankan perusahaannya saat ini dengan menggunakan dana internal perusahaan, yakni pembuatan MORTAR dan Precipitated Calcium Carbonate (PCC).
"Mortar adalah produk seperti semen yang biasa digunakan sebagai plester dinding dan perekat pemasangan bata. Sementara PCC adalah bahan yang biasa digunakan untuk pembuatan kertas, plastik, tinta, cat dan lain-lain," katanya.
Bahan baku kedua produk tersebut, lanjutnya, telah tersedia dari sisa pembakaran kapur yang selama ini tidak terpakai, sebagian dijual dan sebagian dibuang.
"Bahan baku lain untuk PCC menggunakan gas buang CO2 atau Karbon Dioksida," tuturnya.
Yudi menjelaskan, untuk Mortar saat ini sudah diproduksi dengan kapasitas 4.200 ton per tahun yang mulai beroperasi Juli 2022.
"Kalau PCC, saat ini masih dengan kapasitas produksi 800 ton per tahun yang beroperasi pada 2023 ini," ucap Yudi.
Hal tersebut, dilakukannya untuk lebih memanfaatkan hasil sisa produksi serta menerapkan perusahaannya ke industri hijau.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023