Pacitan - Puluhan balita di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, mengalami pertumbuhan abnormal lantaran kekurangan asupan gizi sejak masih dalam kandungan. "Ada sekitar 70 anak yang masuk kategori tersebut, biasanya antara tinggi dan bobot tidak seimbang," kata Kepala Dinas Kesehatan Pacitan Hendra Purwaka, Senin. Ia mengatakan, balita yang mengalami gizi buruk biasanya dilatarbelakangi beberapa faktor, di antaranya masih kurangnya pengetahuan orang tua tentang asupan gizi bagi anak, kemiskinan, serta rendahnya inovasi dalam mengolah makanan. Sehingga, meski makanan bergizi tersedia, tetapi karena cara pengolahannya tidak tepat membuat anak tidak tertarik untuk menyantapnya. Menurut Hendra, meski masuk kategori gizi buruk, namun tingkatannya tidak parah. Sebab, balita yang diindikasikan sebagai penderita masih bisa menjalankan aktivitas seperti biasa layaknya balita normal lain. Karena itu, diperlukan sosialisasi intensif, edukasi kepada orang tua, khususnya terhadap kalangan ibu. "Caranya seperti melalui posyandu dan pertemuam PKK di tiap desa. Materi yang diberikan di antaranya tentang pengolahan makanan agar mampu memancing nafsu makan balita," ujar dia menjelaskan. Untuk menekan angka malnutrisi dinkes mulai membuka pos pemulihan gizi berbasis warga. Sebagai proyek percontohan, katanya, dipilihlah Desa Pagerlor, Kecamatan Sudimoro. Desa ini sengaja dipilih karena jumlah balita yang mengalami pertumbuhan abnormal karena malnutrisi paling banyak dibanding daerah-daerah lain di Pacitan. Jumlahnya sendiri ditaksir mencapai belasan anak. Dalam program ini, kata Hendra, dinkes memberikan makanan tambahan dan stimulasi pada balita. Tidak itu saja, para ibu maupun pengasuh balita juga mendapatkan tambahan wawasan melalui sosialisasi dari petugas. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011