Pedagang kaki lima hingga pejabat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) berharap pemerintah kota segera menyelesaikan pembangunan alun-alun di Kota Kediri, Provinsi Jawa Timur.
Kasdi, warga yang biasa berdagang siomai di Alun-alun Kediri, berharap pembangunan alun-alun segera rampung agar dia bisa segera berjualan di kios baru.
"Kalau bangunannya baru, kan masyarakat banyak yang datang, penasaran sama alun-alun," katanya di Kediri, Senin.
Kabar mengenai masalah kontraktor dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Kediri terkait pembangunan alun-alun membuat Kasdi khawatir.
"Yang susah ya tetap pedagang," kata pria asal Kelurahan Pakunden itu.
Dia berharap masalah yang terjadi tidak menyebabkan pemunduran peresmian penggunaan alun-alun agar para pedagang kaki lima di Alun-alun Kota Kediri bisa memanfaatkan momen perayaan tahun baru untuk meningkatkan pendapatan.
Selama enam bulan pembangunan alun-alun, pedagang kaki lima yang biasa berjualan di Alun-alun Kediri untuk sementara dipindahkan ke trotoar Dhoho Plasa dan SDN Kampungdalem.
Menurut Kasdi, omzet harian pedagang umumnya turun setelah direlokasi.
Kasdi mengaku biasa memperoleh Rp400 ribu sampai Rp600 ribu dalam sehari selama berdagang di Alun-alun Kediri, tetapi setelah direlokasi pendapatannya hanya sekitar Rp200 ribu sehari.
Guna memperoleh tambahan pendapatan, Kasdi berusaha menjajakan dagangan pada pelaksanaan hajatan di desa-desa.
"Sepi sekarang ini. Deretan sini saja banyak yang tutup juga," kata bapak dua anak itu tentang tempat dia berdagang sekarang.
Kasdi mengatakan bahwa 97 anggota paguyuban PKL Alun-alun Kota Kediri dalam enam bulan terakhir juga kebanyakan mengalami penurunan pendapatan.
Di antara pedagang yang mengalami penurunan pendapatan ada Dewi, penjual es degan.
Dewi berharap pembangunan Alun-alun Kota Kediri bisa segera selesai agar dia tidak harus membuka lapak di desa-desa yang mengadakan hajatan untuk menambah pemasukan.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kota Kediri Katino berharap pembangunan Alun-alun Kota Kediri bisa selesai tahun ini.
"Kami semua berharap agar bisa terselesaikan. Tidak menutup kemungkinan ke depan kami akan mendesak segera melakukan mediasi-mediasi, sehingga Alun-alun Kota Kediri bisa segera dinikmati masyarakat Kota Kediri," katanya.
Sudjoko Adi Purnomo, anggota DPRD Kota Kediri, berharap masalah dalam pembangunan Alun-alun Kota Kediri tidak sampai menyebabkan pelaksanaan proyek terhenti sebagaimana yang pernah terjadi sebelumnya.
"Jangan sampai mangkrak dan meninggalkan masalah. Jangan sampai terjadi seperti Jembatan Brawijaya, Gambiran 2, dan Pengaspalan GOR Jayabaya yang semuanya dulu terdapat masalah. Semoga perselisihan ini bisa diselesaikan secara baik dan tidak berdampak sosial," kata Sudjoko.
Kepala Dinas PUPR Kota Kediri Endang Kartikasari mengatakan bahwa pemerintah kota sedang mempersiapkan administrasi terkait proyek pembangunan alun-alun, yang nilainya Rp17,9 miliar.
"Masih kami siapkan administrasinya dulu. Jadi, belum bisa banyak ngomong," kata Endang.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Kasdi, warga yang biasa berdagang siomai di Alun-alun Kediri, berharap pembangunan alun-alun segera rampung agar dia bisa segera berjualan di kios baru.
"Kalau bangunannya baru, kan masyarakat banyak yang datang, penasaran sama alun-alun," katanya di Kediri, Senin.
Kabar mengenai masalah kontraktor dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Kediri terkait pembangunan alun-alun membuat Kasdi khawatir.
"Yang susah ya tetap pedagang," kata pria asal Kelurahan Pakunden itu.
Dia berharap masalah yang terjadi tidak menyebabkan pemunduran peresmian penggunaan alun-alun agar para pedagang kaki lima di Alun-alun Kota Kediri bisa memanfaatkan momen perayaan tahun baru untuk meningkatkan pendapatan.
Selama enam bulan pembangunan alun-alun, pedagang kaki lima yang biasa berjualan di Alun-alun Kediri untuk sementara dipindahkan ke trotoar Dhoho Plasa dan SDN Kampungdalem.
Menurut Kasdi, omzet harian pedagang umumnya turun setelah direlokasi.
Kasdi mengaku biasa memperoleh Rp400 ribu sampai Rp600 ribu dalam sehari selama berdagang di Alun-alun Kediri, tetapi setelah direlokasi pendapatannya hanya sekitar Rp200 ribu sehari.
Guna memperoleh tambahan pendapatan, Kasdi berusaha menjajakan dagangan pada pelaksanaan hajatan di desa-desa.
"Sepi sekarang ini. Deretan sini saja banyak yang tutup juga," kata bapak dua anak itu tentang tempat dia berdagang sekarang.
Kasdi mengatakan bahwa 97 anggota paguyuban PKL Alun-alun Kota Kediri dalam enam bulan terakhir juga kebanyakan mengalami penurunan pendapatan.
Di antara pedagang yang mengalami penurunan pendapatan ada Dewi, penjual es degan.
Dewi berharap pembangunan Alun-alun Kota Kediri bisa segera selesai agar dia tidak harus membuka lapak di desa-desa yang mengadakan hajatan untuk menambah pemasukan.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kota Kediri Katino berharap pembangunan Alun-alun Kota Kediri bisa selesai tahun ini.
"Kami semua berharap agar bisa terselesaikan. Tidak menutup kemungkinan ke depan kami akan mendesak segera melakukan mediasi-mediasi, sehingga Alun-alun Kota Kediri bisa segera dinikmati masyarakat Kota Kediri," katanya.
Sudjoko Adi Purnomo, anggota DPRD Kota Kediri, berharap masalah dalam pembangunan Alun-alun Kota Kediri tidak sampai menyebabkan pelaksanaan proyek terhenti sebagaimana yang pernah terjadi sebelumnya.
"Jangan sampai mangkrak dan meninggalkan masalah. Jangan sampai terjadi seperti Jembatan Brawijaya, Gambiran 2, dan Pengaspalan GOR Jayabaya yang semuanya dulu terdapat masalah. Semoga perselisihan ini bisa diselesaikan secara baik dan tidak berdampak sosial," kata Sudjoko.
Kepala Dinas PUPR Kota Kediri Endang Kartikasari mengatakan bahwa pemerintah kota sedang mempersiapkan administrasi terkait proyek pembangunan alun-alun, yang nilainya Rp17,9 miliar.
"Masih kami siapkan administrasinya dulu. Jadi, belum bisa banyak ngomong," kata Endang.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023