Surabaya - Sebanyak 11 mahasiswa Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya, Jawa Timur, Senin, berangkat ke Thailand untuk menempuh studi "double degree" di "Raja Mangala University of Technology Thanyaburi" (RMUTT) Thailand.
"Rencananya, 12 mahasiswa ke Thailand, tapi seorang batal berangkat, karena dia berat untuk meninggalkan pekerjaannya. Mereka merupakan peserta pertukaran mahasiswa tahap kedua setelah tahap pertama untuk enam mahasiswa," kata Pembantu Rektor (PRI) I (Akademik) Ubhara, Dr Budi Rianto, di Surabaya, Senin.
Menurut dia, ke-11 mahasiswa Ubhara yang akan menempuh studi selama setahun di RMUTT Thailand atas biaya pemerintah Indonesia itu berasal dari Jurusan Teknik Sipil dan Elektro pada Fakultas Teknik serta Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Ubhara.
"Hal itu, karena kerja sama Ubhara-RMUTT masih sejumlah jurusan pada dua fakultas itu, tapi ke depan akan kami tambah untuk Jurusan Informatika. Kami juga sudah menyiapkan 19 mahasiswa untuk tahap ketiga (2012) dan 37 mahasiswa untuk tahap keempat (2013)," katanya.
Ditanya tentang rencana mahasiswa RMUTT Thailand untuk studi di Ubhara, ia mengatakan hal itu masih dalam perencanaan, namun Ubhara sudah menyiapkan kelas internasional dan RMUTT sendiri merencanakan studi untuk pertukaran mahasiswa pada dua fakultas, yakni teknik dan ekonomi.
"Yang jelas, RMUTT sudah mengirimkan 23 mahasiswa dan seorang dosennya untuk melakukan kunjungan atau studi budaya ke Ubhara Surabaya pada 17-23 Oktober lalu," katanya.
Dalam kunjungan budaya itu, ke-23 mahasiswa Thailand itu berkeliling untuk mengunjungi Galeri Seni 'House of Sampoerna' (HoS) Surabaya, Pusat Pemberdayaan Masyarakat binaan Ubhara di Pacet, Mojokerto, Gunung Bromo di Probolinggo, dan akhirnya belajar menari dan membatik di Pandaan.
Secara terpisah, mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Ubhara, Dwi Yanuar Satria, yang baru saja pulang dari studi di RMUTT Thailand itu kepada ANTARA menegaskan bahwa dirinya bersama lima mahasiswa Ubhara telah menyelesaikan program "double degree" di RMUTT Thailand pada 7 Oktober 2010 hingga 29 Juli 2011.
"Kami berenam terdiri atas dua mahasiswa semester akhir dari Jurusan Teknik Sipil, dua mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, dan dua mahasiswa Jurusan Manajemen (Fakultas Ekonomi). Di sana, kami seperti kuliah biasa, tapi setiap hari selalu ada tugas, baik tugas kelas maupun tugas di rumah," katanya.
Bedanya, katanya, pemerintah Thailand memberikan dukungan penuh untuk dunia pendidikan, sehingga laboratorium lengkap dan karya ilmiah juga diberi dukungan dana. "Alat untuk pengukuran jalan untuk mahasiswa teknik di sana sangat moderen, bahkan alat ukur kelenturan saja yang dimiliki harganya Rp500 juta," katanya.
Ia menambahkan mahasiswa Indonesia dari segi kualitas sebenarnya tidak kalah dengan mahasiswa Thailand, tapi mahasiswa RMUTT didukung sarana yang lengkap dan moderen.
"Tapi, saya beruntung bisa kuliah di RMUTT Thailand, karena pengalaman bertambah dan saya mampu menggunakan alat yang moderen, apalagi mahasiswa dan dosen di sana cukup disiplin, ramah, dan sangat 'wellcome' terhadap mahasiswa Indonesia," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011