Ngawi - Siapa yang tak kenal dengan keripik tempe. Camilan berbahan dasar tempe ini selalu diburu orang bak kerupuk yang bisa dimakan sebagai lauk ataupun digado. Namun ada yang beda dari keripik tempe Ngawi dengan keripik-keripik tempe lainnya. Rasanya yang gurih dan renyah, membuat panganan ini menjadi produk khas Kabupaten Ngawi. Keberadaannya masih dan terus akan diminati oleh banyak orang. "Saya suka makan keripik tempe Ngawi. Campuran bumbunya sangat pas dan gurih, sehingga saat menyantapnya tidak erik di tenggorokan," ujar salah satu penikmat keripik tempe asal Lamongan, Sri Hariati. Menurut dia, komposisi antara tempe, tepung, dan racikan bumbu bawang putih, garam, serta ketumbar yang ada pada keripik tempe Ngawi sangat tepat. Hal ini yang membedakan keripik tempe Ngawi dengan keripik tempe asal daerah lain. "Terkadang ada keripik tempe yang rasa bumbunya terlalu nyolok sehingga menimbulkan rasa pahit setelah menelannya. Atau ada juga potongan tempenya yang terlalu tebal, sehingga saat memakannya tidak "kriuk"," kata Sri Hariati. Ia mengaku, setiap berkunjung ke Ngawi, selalu menyempatkan diri membeli oleh-oleh keripik tempe yang banyak dijual di sejumlah toko jajanan khas ataupun datang langsung ke sentranya, yakni Dusun Sadang. Di Dusun Sadang, Desa Karangtengah Prandon, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, ada sekitar 312 unit industri rumah tangga keripik tempe. Hampir setiap rumah di kawasan ini memproduksi keripik tempe dan memiliki merek sendiri-sendiri. Seperti yang dilakukan oleh salah satu pembuat keripik tempe "Ari Jaya", Ibu Parni. Ia telah menggeluti pembuatan keripik tempe sejak tahun 1989. Berawal dari berjualan tempe biasa, perempuan paruh baya ini mulai membuat keripik tempe dan disukai oleh banyak orang. Kesehariannya dalam membuat keripik tempe, Ibu Parni dibantu oleh empat pekerjanya yang merupakan penduduk asli desa setempat. Mereka membantu dari proses pembuatan tempe dari bahan baku kedelai putih, kemudian pemotongan tipis-tipis, penggorengan, hingga ke tahap pembungkusan. Dalam sehari pada keadaan normal, Ibu Parni dan para pekerjanya mampu memproduksi 900 hingga 1.000 keripik tempe. Keripik-keripik tersebut kemudian dikemas dalam kemasan plastik ukuran kecil, sedang, dan besar. Dimana, untuk keripik tempe kemasan kecil dijual seharga Rp1.500, ukuran sedang dijual Rp3.000, dan ukuran besar dijual Rp5.000. Selain dikemas plastik, keripik tempe itu juga dikemas dalam besek dan dijual seharga 20 ribu rupiah per beseknya. Ia mengaku tetap mempertahankan cita rasa keripik tempenya, agar usaha yang telah ia geluti selama bertahun-tahun ini tetap lancar. "Saya tetap menggunakan racikan bumbu yang sama saat pertama kali usaha hingga kini. Hal ini saya lakukan untuk menjaga kepercayaan pelanggan saya," kata Parni. Rasanya yang khas dan gurih, membuat keripik tempe Ngawi diminati dan terus disukai oleh banyak orang. Penasaran dengan gurih dan kriuknya, kini keripik tempe Ngawi telah banyak dijual di luar daerah di samping dijual di Ngawi sendiri. Selain dipasarkan di wilayah eks Keresidenan Madiun, keripik tempe Ngawi juga dipasarkan di Solo, Yogyakarta, Malang, Surabaya, hingga Jakarta. Keripik tempe Ngawi telah banyak dijumpai di toko-toko jajanan dan oleh-oleh di sejumlah kota tersebut. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011