Surabaya - Ajang "Biennale Seni Rupa Jawa Timur" IV akan menampilkan keberagaman wajah seni rupa dalam pameran yang berlangsung di enam galeri seni di Surabaya yakni House of Sampoerna, Orasis Art, Galeri AJBS, Go Art Space, CCCL, dan Galleri Surabaya pada Oktober-November. "Pemahaman terhadap seni rupa belakangan ini sudah bukan lagi sebatas lukisan dan patung, melainkan sudah merambah ke berbagai ranah yang tidak terbayangkan sebelumnya. Keberagaman wajah seni rupa itulah yang diwadahi dalam Biennale IV," kata Ketua Panitia 'JatimBiennale 2011' Freddy H. Istanto di Surabaya, Rabu. Didampingi Sekretaris Panitia Henri Nurcahyo, ia menjelaskan pameran yang dibuka perdana di galeri House of Sampoerna pada 16-24 Oktober akan menampilkan 15 seniman dengan berbagai karya yang beragam. "Seniman dari berbagai kota di Jawa Timur, seperti Surabaya, Malang, Sidoarjo, Mojokerto, Tulungagung dan Pacitan itu akan menampilkan beragam karya seni mulai dari drawing, seni lukis, komik, digital print, instalasi, video-art, hingga performing arts," katanya. Menurut dia, keberagaman bentuk karya itu tidak lepas dari kerja tim kuratorial dengan tema "Transposisi" yang digarap kurator Agus Koechink dan Syariffudin, serta Djuli Djatiprambudi (sebagai penasehat). "Tema transposisi itu mengacu pada seni rupa kontemporer yang menyoal bagaimana media dipahami dan dieksplorasi oleh seniman dengan cara pandang baru. Media dalam era sekarang telah berkembang dengan sedemikian beragam dengan watak media yang memiliki daya jelajah demikian jauh," katanya. Perkembangan dan watak media dalam berkarya itu menghadirkan realitas baru atas gejala sosial yang sedang berkembang dan berubah dalam daya jelajah, baik dalam dataran konseptual (tematik) maupun visual-estetik. "Dalam bingkai seni rupa kontemporer, seniman dipahami bukan sebagai sosok yang menafsirkan media hanya sebatas 'alat bantu' dalam proses penciptaan seni. Jika yang terjadi demikian, maka media hanya dipahami sebatas material atau objek," katanya. Namun, seniman yang tampil dalam Biennale kali ini adalah seniman yang memperkarakan media sebagai subjek. "Artinya, media dipahami bukan semata-mata sebagai material atau 'alat bantu', tetapi media diperkarakan esensinya, watak visual dan metafornya, hingga pada nilai-nilai di dalamnya untuk merepresentasikan gejala sosial yang berubah," katanya. Ke-15 seniman yang berpameran di galeri House of Sampoerna adalah Aji Prasetyo, Malang (Komik), Armaya, Mojokerto (Lukis), Asy Syam, Malang (Video Art), Boby Nugroho, Malang (Digital Imaging), Bony Suwandy, Sidoarjo (Digital Print), Dardiri, Ponorogo (Instalasi), dan Dien Firmansyah, Mojokerto (Lukis). Selain itu, Evan, Surabaya (Digital Print), Layyin, Surabaya (Lukis), kelompok Malang Performing Arts Community, Malang (Performance), Ruddy Margono, Surabaya (Digital Printing), Sarko, Surabaya (Drawing), Suyono, Surabaya (Lukis), Triwahono, Pacitan (Lukis), dan Wawan, Tulungagung (Lukis). Lain halnya dengan Biennale Jatim 2011 di Pusat Kebudayaan Prancis (CCCL) yang akan menyajikan Foto dan Instalasi Hasil Residensi dalam pameran bertajuk "Kamar Kosong" pada 18 Oktober hingga 4 November. "Tahun ini, CCCL turut berpartisipasi pada 'Biennale Seni Rupa Jawa Timur' ke-4 yang diselenggarakan oleh Provinsi Jawa Timur dan diikuti para seniman besar asal Jawa Timur dan nasional dengan mengundang seniman Prancis," kata Atase Pers, Pramenda Krishna A. Pihaknya mengundang seniman muda berbakat Prancis, Alexandre Eudier, untuk menampilkan karyanya, antara lain lukisan, relief, neon box, karya fotografi, serta karya berupa instalasi dari bambu yang dikerjakan saat residensi di CCCL. "Alexandre Eudier menyuguhkan konsep sindiran dalam proyek seni yang dinamakan 'Kamar Kosong', karena dosen seni rupa di Prancis itu menjumpai kesenjangan antara standar bintang lima ala Eropa dengan realitas di Bali, saat ia melakukan residensi di Bali pada tahun 2010 dan tahun ini di Surabaya. Ia akan menawarkan konsep sendiri yang inovatif," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011