Pembantu Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid (P4NJ) Surabaya Raya mengimplementasikan ekonomi di pondok pesantren lewat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 H dan seminar bertajuk "Peran Santri Menghadapi Globalisasi dan Revolusi Industri 4.0" yang melibatkan ekonom santri.
 
Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo KH Abdul Hamid Wahid, disela kegiatan itu di Surabaya, Kamis, mengatakan seminar tersebut mendorong pondok pesantren ke arah ekonomi. "Ponpes Nurul Jadid berupaya mendorong para santri bergerak ke arah ekonomi dalam pelayanan masyarakat," katanya.
 
Kiai Hamid Wahid menjelaskan, bahwa dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2019 menyebut tiga fungsi pesantren, yaitu sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran, dakwah pengaderan serta pelayanan masyarakat.
 
Selain itu, proses di dalam internal pesantren memiliki tujuan utama pengabdian kepada masyarakat untuk berbuat sesuatu dan berjuang agar lebih baik sehingga santri harus menjalankan tiga fungsi itu.  "Sementara tantangan ke depan adalah tantangan dalam bidang ekonomi," ucapnya.
 
Oleh karena itu, lanjutnya, seminar tersebut juga membongkar banyak strategi dan peluang agar ekosistem ekonomi pesantren tetap kokoh. "Hal ini juga mengarah ke program pemerintah menyongsong Indonesia Emas 2045 dengan memanfaatkan bonus demografi, yang mana hal itu merupakan rahmat dari Allah SWT," ujarnya.
 
Sementara itu, Guru Besar Universitas Surabaya (Ubaya) Prof. Drs. ec. Wibisono Hardjopranoto yang juga menjadi salah satu narasumber dalam seminar tersebut mengatakan prihatin dengan generasi muda yang saat ini belum bisa memanfaatkan teknologi, malah seperti diperbudak.
 
"Generasi muda Indonesia ini seperti diperbudak oleh teknologi, karena teknologi itu seperti pedang bermata dua," ucapnya.
 
Prof Wibisono menjelaskan, teknologi itu bisa mengarah ke positif bahkan negatif, jika tidak bisa memilih maka akan salah jalan. "Generasi muda kita saat ini kebanyakan terperangkap ke jalur negatif dan saya melihatnya jadi sedih, ini tidak baik sebagai manusia maupun Bangsa," ujarnya.
 
Menurut dia, teknologi memang dibuat untuk memudahkan penggunanya tapi tidak semua bisa menggunakannya dengan baik. "Contohnya, saat mahasiswa diskusi, paparannya yang dibaca itu gawainya, jadi saat berbicara dengan audiens itu arah matanya ke gawai," ujarnya.
 
Bahkan, lanjutnya, saat memberikan jawaban dari pertanyaan bisa juga diketik di mesin pencarian dan hasilnya keluar. "Tidak ada namanya sistem pembelajaran efektif jika seperti itu," tuturnya.
 
Oleh karena itu, dirinya berharap agar generasi muda saat ini menaikkan literasi untuk mengatasi permasalahan yang saat ini terjadi. "Tingkatkan literasi digital, literasi keuangan, literasi politik dan yang terakhir literasi hukum, keempat itu yang harus ditanamkan karena itu yang kurang," katanya.
 

Pewarta: Naufal Ammar Imaduddin

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023