Peneliti dari tim gabungan dosen dan mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya (Ubaya) memaparkan hasil riset terkait kebutuhan dan kelayakan ekonomi pembangunan "radial road" Surabaya Barat.

Ketua tim sekaligus Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Ubaya, Aluisius Hery Pratono, Ph.D. di Surabaya, Selasa mengatakan pembangunan radial road sebagai penghubung antara Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB) dengan Jalan Lingkar Dalam Barat (JLDB).

Jalan ini difungsikan untuk mengurai kepadatan arus lalu lintas yang diakibatkan oleh besarnya volume kendaraan di kawasan Lontar. Mengingat kondisi jalan Lontar saat ini termasuk over capacity.

"Hasil survei pada hari kerja, volume kendaraan mencapai 88 persen sehingga arus lalu lintas tidak stabil dan laju kendaraan rendah. Pada akhir pekan, volume kendaraan mencapai 153 persen sehingga arus lalu lintas terhambat hingga berhenti," kata dia.

Dengan kondisi demikian, mengakibatkan biaya operasional kendaraan menjadi bertambah. Seperti bahan bakar, pemakaian oli, pemakaian ban serta biaya suku cadang akan dipengaruhi oleh perubahan kecepatan dan jarak tempuh kendaraan.

Pengendara mobil harus menanggung biaya dua kali lipat saat terjebak macet di Jalan Lontar, Surabaya.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Universitas Surabaya pada Agustus 2023, biaya operasional mobil yang terjebak macet di Lontar Rp12.937 per kilometer. Sedangkan, ambang batas atas tarif taksi daring di Jawa Timur Rp6.500 per kilometer.

"Jadi bisa dibilang mengakibatkan pemborosan sekitar Rp5 miliar per tahun," ujar Hery.

Selain itu, ada beberapa dampak dari segi estimasi pertumbuhan ekonomi. Estimasi peningkatan output di Kelurahan Lontar dalam empat tahun mendatang meningkat sebesar kurang lebih Rp4,2 triliun.

"Semakin lancarnya akses akan mempercepat pergerakan barang dan jasa dari sisi waktu dan biaya. Sehingga radial road menjadi significant contributor dalam pertumbuhan ekonomi Surabaya di masa mendatang," ujar salah satu tim dosen yang mengolah data statisik, Idfi Setyaningrum.

Ia menambahkan dampak dari radial road ini juga membuat estimasi penyerapan tenaga kerja mencapai 1.320 pekerja.

Hasil survei, masyarakat mengeluhkan kemacetan, debu dan polusi serta ketidaknyamanan pengguna jalan. Mereka juga memiliki ekspektasi dengan adanya pembangunan radial road adalah adanya kemudahan akses, menghilangkan keruwetan di Jalan Lontar, serta kemudahan bagi warga Jalan Lontar dalam beraktivitas sosial.

Ekspektasi masyarakat terkait dampak positif dengan dibangunnya radial road adalah mampu mengurangi kecelakaan : 10 persen, wilayah menjadi aman : 10 persen, dapat mengurai kemacetan (tidak macet lagi) : 80 persen.

Ekspektasi masyarakat terkait saat pembangunan radial road berlangsung (bisa dipakai sebagai antisipasi saat Pembangunan) adalah polusi debu : 2,62 persen, harus berputar-putar mencari jalan alternatif : 2,62 persen, tidak menguntungkan bagi unit usaha sepanjang jalan Lontar : 10,53 persen, terjadinya kemacetan saat pembangunan : 84,23 persen.

"Secara keseluruhan persepsi masyarakat Lontar menyatakan 70 persen setuju dengan adanya pembangunan radial road, 30 persen responden memiliki persepsi netral," kata Idfi.

Kelayakan ekonomi pembangunan radial road salah satunya ditentukan oleh besarnya penghematan biaya pengguna jalan (road user cost) yang dapat diketahui dengan melakukan analisis biaya operasional kendaraan dan nilai waktu perjalanan.

Oleh sebab itu, kecepatan kendaraan dalam penelitian ini juga memiliki arti yang penting sebagai fungsi yang akan digunakan untuk mengetahui kelayakan ekonomi pembangunan radial road sebagai alternatif untuk memecah kemacetan di jalan Lontar.

Jadi, lanjut dia, sebelum dilakukan analisis terhadap biaya operasional kendaraan dan nilai waktu perjalanan, maka perlu dianalisis terlebih dahulu kecepatan kendaraan pada saat melewati jalan Lontar.

Pewarta: Willi Irawan

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023