Universitas Muhammadiyah Surabaya bekerja sama dengan Singapore Polytechnic melakukan kegiatan Kuliah Kerja nyata (KKN) Learning Express (Lex) selama 12 hari dengan fokus lokasi di pesisir Paciran, Lamongan, Jawa Timur.
"Ada 30 mahasiswa dan dosen pembimbing dari Singapore Polytechnic yang akan bekerja sama dengan mahasiswa UM Surabaya untuk melakukan kegiatan ini," kata Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UM Surabaya Dede Nasrullah di kampus setempat, Senin.
Learning Express adalah program luar negeri selama 12 hari yang membekali mahasiswa dengan pola pikir design thinking dalam konteks inovasi sosial. Dalam program ini, mahasiswa dapat menikmati pengalaman di luar buku teks seperti belajar bahasa baru dan mengikuti homestay komunitas.
Mahasiswa dapat berinteraksi dan membangun persahabatan dengan pemuda dari Asia dan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah yang dihadapi komunitas luar negeri.
Dede menyebut ada tiga fokus permasalahan utama dalam kegiatan KKN ini. Pertama terkait keselamatan kerja petani siwalan dan perajin batik, kedua produk ramah lingkungan dan peningkatan produktivitas petani.
Menurut dia, kondisi petani siwalan di pesisir Paciran perlu mendapatkan perhatian serius karena hal ini berkaitan erat dengan keselamatan kerja, ditambah lagi mayoritas petani di sana adalah mereka-mereka dengan usia yang sudah lanjut namun harus tetap memanen.
"Persoalan lain adalah produk ramah lingkungan dan peningkatan produktivitas petani. Jadi mahasiswa yang terjun nantinya juga bekerja sama dan memecahkan suatu masalah terkait bagaimana memanfaatkan sesuatu yang tidak memiliki nilai menjadi barang memiliki nilai jual, salah satunya kulit siwalan yang selama ini tidak dimanfaatkan," katanya.
Selain berfokus pada petani siwalan, mahasiswa juga akan berfokus pada peningkatan produktivitas Batik Sendangagung Paciran.
Ia berharap dalam waktu yang singkat selama 12 hari 30 mahasiswa Singapore Polytechnic dan 31 mahasiswa UM Surabaya akan menghasilkan prototipe alat bantu yang dibutuhkan masyarakat, khususnya petani siwalan dan perajin batik.
Kolaborasi ini juga diharapkan tidak hanya berlangsung tahun ini, namun juga berkelanjutan pada tahun-tahun selanjutnya.
Dia memandang Lex bukan hanya mengenai ide, melainkan juga harus bisa dikembangkan menjadi alat yang bermanfaat bagi sesama.
Sementara itu, salah satu dosen pendamping Singapore Polytechnic Cyrine Jossa menyebut semua kebudayaan Indonesia otentik dan unik.
"Kami berharap agar kegiatan KKN Lex ini menghasilkan produk yang berkelanjutan, artinya barang ramah lingkungan dalam proses produksi maupun konsep bisnisnya dengan tidak mengabaikan isu-isu lingkungan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023