DPRD Kota Surabaya menyarankan pemerintah kota (pemkot) setempat harus melakukan analisa berkala mungkin untuk mengetahui penyebab kenaikan harga beras dan gula di pasaran.

Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti menyatakan analisa rinci itu sebagai langkah memudahkan melakukan pemetaan faktor yang mendasari kenaikan harga komoditas tersebut.

"Apakah secara nasional harga memang naik atau di Surabaya saja, mungkin pasokannya berkurang karena ada kegagalan panen dan sebagainya maka analisa itu harus dilakukan," kata Reni kepada ANTARA di ruang kerjanya, Kamis.

Analisa berkala juga untuk memudahkan pola antisipasi kenaikan harga di waktu yang akan datang. 

Kemudian ketika harga di pasaran sudah terlanjut naik, maka upaya stabilisasi bisa secepatnya dilakukan.

"Kenaikan komoditas pangan itu muncul kemudian hilang kemudian muncul lagi. Jadi harga pangan di Surabaya harus stabil, misalnya sudah ada tanda-tanda kenaikan harus dilakukan stabilisasi," ujarnya.

Di sisi lain, Reni menyatakan Pemkot Surabaya bisa melakukan stabilisasi dengan membentuk tim khusus yang berkutat memantau kondisi harga pangan.

"Intinya harus ada tim pengendali harga komoditas pangan harus ada untuk mengontrol harga," ucapnya.

Melalui tim khusus tersebut, langkah pemkot melakukan pemetaan penyebab kenaikan harga komoditas di pasaran bisa berjalan lebih optimal, sembari memanfaatkan data dari hasil analisa rinci.

Upaya koordinasi bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Bulog juga disebutnya harus lebih diperkuat.

"Tim itu nanti memantau dan mencari solusi, memprediksi bulan depan aman atau tidak. Kalau tidak aman antisipasinya bagaimana, kalau persoalan ada di distributor bisa diketahui kenapa harga naik," ujarnya.

Reni menambahkan apabila kenaikan harga pangan tidak segera ditangani maka bisa berdampak pada aspek perekonomian lainnya, apalagi Kota Surabaya juga merupakan daerah perdagangan dan jasa.

"Kenaikan harga bisa berdampak pada aspek lain, ada warung, restoran, di sini juga banyak kampus, harga kos mahasiswa terdampak," kata Reni.
 
Salah seorang pedagang di Pasar Tambahrejo Firman Romadhoni membenarkan soal kenaikan harga gula dan beras, Kamis (21/9/2023). ANTARA/Ananto Pradana


Pantauan ANTARA di Pasar Pucang dan Pasar Tambahrejo, harga gula dan beras tengah mengalami kenaikan.

Salah seorang pedagang di Pasar Tambahrejo Firman Romadhon menyebut harga gula mengalami kenaikan sebesar Rp3 ribu.

"Per kilogram dari Rp12.000, sekarang menjadi Rp15.000. Kalau yang 50 kilogram saya dapat dari distributor Rp700 ribu dari sebelumnya di harga Rp590 ribu," kata Firman.

Sedangkan, harga beras saat ini rata-rata dijual Rp13.000 hingga Rp17.000 bergantung jenisnya.

"Dulu paling murah masih bisa Rp12.000 tetapi saat ini tidak bisa," ujarnya.

Terpisah, pedagang Pasar Pucang Anom Fatimah menyatakan harga gula saat ini rata-rata dijual seharga Rp14.500 per kilogram dari yang sebelumnya Rp13.000 per kilogram.

"Naik karena harga gula 50 kilogram dari Rp655 ribu sekarang jadi Rp691 ribu, naiknya sudah dari distributor," kata Fatimah.

Sedangkan, beras dari yang sebelumnya dijual dengan harga rata-rata per kilogramnya mencapai Rp12.500 hingga Rp13.000 kini menjadi Rp14.000-Rp15.000.

Dia berharap pemerintah bisa secepatnya menstabilkan harga komoditas tersebut.

"Minta tolong beras dan gula supaya turun harganya. Beras Bulog Rp54.000 per lima kilogram dan itu dicari banyak orang," tuturnya.

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023