Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan bendera Rusia tidak boleh dihadirkan di Olimpiade 2024 Paris dengan alasan Rusia "saat ini melakukan kejahatan perang".
"Jelas, bendera Rusia tidak boleh ada di Olimpiade Paris, saya pikir ada konsensus. Tidak ada tempat bagi Rusia sebagai negara yang melakukan kejahatan perang dan mendeportasi anak-anak," tegas Presiden Macron, dikutip dari AFP, Kamis.
Namun, saat ditanya tentang kemungkinan kehadiran atlet-atlet Rusia di Paris untuk berkompetisi di bawah bendera netral, Macron mengatakan itu merupakan keputusan yang dibuat oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC).
"Saya berharap ini adalah keputusan hati nurani di dunia Olimpiade. Bukan negara tuan rumah yang harus memutuskan apa yang harusnya dikerjakan oleh IOC. Saya memiliki kepercayaan penuh pada Thomas Bach (presiden IOC)," kata dia.
Adapun atlet dari Rusia dan Belarus menghadapi sanksi dari banyak cabang olahraga sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Meskipun perang sedang berlangsung, IOC merekomendasikan agar atlet dari Rusia dan Belarus dapat berkompetisi sebagai individu netral di kompetisi internasional.
Mereka yang diizinkan untuk berintegrasi kembali ke dunia olahraga harus memenuhi persyaratan tertentu.
Hal ini termasuk berkompetisi di bawah bendera netral dan membuktikan bahwa mereka tidak secara aktif mendukung perang di Ukraina.
"Pertanyaan sebenarnya yang harus diputuskan oleh dunia Olimpiade adalah tempat apa yang harus diberikan kepada para atlet Rusia yang telah mempersiapkan diri mereka (untuk Olimpiade) sepanjang hidupnya dan juga menjadi korban rezim ini," kata Macron.
Namun, Macron memikirkan bagaimana cara membedakan atlet Rusia yang menjadi kaki tangan dengan atlet yang menjadi korban rezim.
"Inilah pertanyaan sebenarnya," ujarnya.
IOC, katanya, harus mengambil keputusan yang adil dan dapat dipahami oleh masyarakat Ukraina.
"Ini adalah tindakan penyeimbang yang harus kita lakukan," kata Macron.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Jelas, bendera Rusia tidak boleh ada di Olimpiade Paris, saya pikir ada konsensus. Tidak ada tempat bagi Rusia sebagai negara yang melakukan kejahatan perang dan mendeportasi anak-anak," tegas Presiden Macron, dikutip dari AFP, Kamis.
Namun, saat ditanya tentang kemungkinan kehadiran atlet-atlet Rusia di Paris untuk berkompetisi di bawah bendera netral, Macron mengatakan itu merupakan keputusan yang dibuat oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC).
"Saya berharap ini adalah keputusan hati nurani di dunia Olimpiade. Bukan negara tuan rumah yang harus memutuskan apa yang harusnya dikerjakan oleh IOC. Saya memiliki kepercayaan penuh pada Thomas Bach (presiden IOC)," kata dia.
Adapun atlet dari Rusia dan Belarus menghadapi sanksi dari banyak cabang olahraga sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Meskipun perang sedang berlangsung, IOC merekomendasikan agar atlet dari Rusia dan Belarus dapat berkompetisi sebagai individu netral di kompetisi internasional.
Mereka yang diizinkan untuk berintegrasi kembali ke dunia olahraga harus memenuhi persyaratan tertentu.
Hal ini termasuk berkompetisi di bawah bendera netral dan membuktikan bahwa mereka tidak secara aktif mendukung perang di Ukraina.
"Pertanyaan sebenarnya yang harus diputuskan oleh dunia Olimpiade adalah tempat apa yang harus diberikan kepada para atlet Rusia yang telah mempersiapkan diri mereka (untuk Olimpiade) sepanjang hidupnya dan juga menjadi korban rezim ini," kata Macron.
Namun, Macron memikirkan bagaimana cara membedakan atlet Rusia yang menjadi kaki tangan dengan atlet yang menjadi korban rezim.
"Inilah pertanyaan sebenarnya," ujarnya.
IOC, katanya, harus mengambil keputusan yang adil dan dapat dipahami oleh masyarakat Ukraina.
"Ini adalah tindakan penyeimbang yang harus kita lakukan," kata Macron.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023