Komisi D Bidang Kesra DPRD Kota Surabaya mengingatkan pemerintah kota (pemkot) setempat agar memperhatikan kualitas seragam gratis bagi siswa kelas 1 SD dan kelas 7 SMP dari kalangan keluarga miskin (gamis).
Ketua Komisi D DPRD Surabaya Khusnul Khotimah di Surabaya, Rabu, mengatakan seragam gratis bagi siswa kelas 1 SD dan kelas 7 SMP dari kalangan keluarga miskin sudah selesai dikerjakan. Sedangkan untuk siswa kelas 2-5 SD dan siswa kelas 8-9 SMP masih dalam proses pengerjaan.
"Komisi D telah menggelar rapat koordinasi terkait seragam, tas, dan sepatu, gratis ini dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Koperasi. Intinya soal seragam tidak ada masalah. Jika ada pertanyaan, kenapa yang untuk kelas 1 dan kelas 7 selesai dulu, karena memang sejak awal penyedia seragam mendahulukannya. Jadi tidak ada masalah," ujar Khusnul.
Menurut dia, jika soal seragam sudah tidak ada masalah, berbeda dengan progres sepatu dan tas. Hingga kini, lanjut dia, prosesnya masih terkendala sejumlah masalah. Sehingga belum banyak yang terselesaikan, baru sekitar 16,98 persen saja atau sebanyak 5.966 sepatu dari jumlah 34.154 sepatu.
"Untuk sepatu dan tas ini ada beberapa kendala. Seperti model harus sesuai permintaan kebutuhan pihak sekolah. Selain itu juga soal ukuran. Saat masuk sekolah ukurannya masih 35, sekarang seiring berjalannya waktu, ukurannya jadi 37. Ini yang membutuhkan proses penyesuaian," katanya.
Meski ada beberapa kendala, Khusnul mendapat kepastian pada pertengahan September 2023 ini baik sepatu dan bisa tuntas. "Kabar ini cukup melegakan. Mudah-mudahan bisa sesuai target," ucapnya.
Baca juga: Pimpinan DPRD Surabaya dorong perluasan cakupan Gerakan Bebas Macet dan Polusi
Ia juga berharap kualitasnya melampaui ekspektasi. Ia mencontohkan sepatu, tidak hanya digunakan untuk bersekolah, tapi juga untuk olahraga dan lainnya. Jadi kualitasnya harus kuat dan bagus.
"Saya mendapat keluhan dari para Kader Surabaya Hebat (KSH), jika kualitas sepatunya tidak sesuai harapan. Selain itu ukurannya juga banyak yang tidak sesuai. Jadi kondisi ini jangan sampai terjadi pada anak-anak kita di sekolah," katanya.
Demikian pula dengan tas. Menurutnya sekarang buku-buku siswa sangat tebal dan berat, sehingga tas harus bisa menampung buku sesuai kebutuhan.
Untuk itu Komisi D akan melakukan kunjungan lapangan langsung, mengecek apakah barang yang dipesan sesuai dengan kebutuhan siswa.
"Sejak awal kami memang memberikan masukan agar para UMKM yang diberdayakan itu berasal dari lingkungan sekolah, sehingga jika ada komplain ada solusi segera," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Yusuf Masruh mengatakan seragam yang dibagikan kepada pelajar dari keluarga miskin dan rentan miskin diantaranya seragam merah-putih untuk siswa kelas satu SD dan seragam biru-putih untuk SMP.
"Kemudian juga mereka dapat seragam pramuka dan seragam olahraga beserta kelengkapannya, termasuk juga mereka mendapatkan sepatu dan tas," katanya.
Menurut dia, ada sekitar 4.000 siswa SD dan sekolah sederajat serta 7.000 siswa SMP dan sekolah sederajat yang mendapat bantuan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Ketua Komisi D DPRD Surabaya Khusnul Khotimah di Surabaya, Rabu, mengatakan seragam gratis bagi siswa kelas 1 SD dan kelas 7 SMP dari kalangan keluarga miskin sudah selesai dikerjakan. Sedangkan untuk siswa kelas 2-5 SD dan siswa kelas 8-9 SMP masih dalam proses pengerjaan.
"Komisi D telah menggelar rapat koordinasi terkait seragam, tas, dan sepatu, gratis ini dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Koperasi. Intinya soal seragam tidak ada masalah. Jika ada pertanyaan, kenapa yang untuk kelas 1 dan kelas 7 selesai dulu, karena memang sejak awal penyedia seragam mendahulukannya. Jadi tidak ada masalah," ujar Khusnul.
Menurut dia, jika soal seragam sudah tidak ada masalah, berbeda dengan progres sepatu dan tas. Hingga kini, lanjut dia, prosesnya masih terkendala sejumlah masalah. Sehingga belum banyak yang terselesaikan, baru sekitar 16,98 persen saja atau sebanyak 5.966 sepatu dari jumlah 34.154 sepatu.
"Untuk sepatu dan tas ini ada beberapa kendala. Seperti model harus sesuai permintaan kebutuhan pihak sekolah. Selain itu juga soal ukuran. Saat masuk sekolah ukurannya masih 35, sekarang seiring berjalannya waktu, ukurannya jadi 37. Ini yang membutuhkan proses penyesuaian," katanya.
Meski ada beberapa kendala, Khusnul mendapat kepastian pada pertengahan September 2023 ini baik sepatu dan bisa tuntas. "Kabar ini cukup melegakan. Mudah-mudahan bisa sesuai target," ucapnya.
Baca juga: Pimpinan DPRD Surabaya dorong perluasan cakupan Gerakan Bebas Macet dan Polusi
Ia juga berharap kualitasnya melampaui ekspektasi. Ia mencontohkan sepatu, tidak hanya digunakan untuk bersekolah, tapi juga untuk olahraga dan lainnya. Jadi kualitasnya harus kuat dan bagus.
"Saya mendapat keluhan dari para Kader Surabaya Hebat (KSH), jika kualitas sepatunya tidak sesuai harapan. Selain itu ukurannya juga banyak yang tidak sesuai. Jadi kondisi ini jangan sampai terjadi pada anak-anak kita di sekolah," katanya.
Demikian pula dengan tas. Menurutnya sekarang buku-buku siswa sangat tebal dan berat, sehingga tas harus bisa menampung buku sesuai kebutuhan.
Untuk itu Komisi D akan melakukan kunjungan lapangan langsung, mengecek apakah barang yang dipesan sesuai dengan kebutuhan siswa.
"Sejak awal kami memang memberikan masukan agar para UMKM yang diberdayakan itu berasal dari lingkungan sekolah, sehingga jika ada komplain ada solusi segera," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Yusuf Masruh mengatakan seragam yang dibagikan kepada pelajar dari keluarga miskin dan rentan miskin diantaranya seragam merah-putih untuk siswa kelas satu SD dan seragam biru-putih untuk SMP.
"Kemudian juga mereka dapat seragam pramuka dan seragam olahraga beserta kelengkapannya, termasuk juga mereka mendapatkan sepatu dan tas," katanya.
Menurut dia, ada sekitar 4.000 siswa SD dan sekolah sederajat serta 7.000 siswa SMP dan sekolah sederajat yang mendapat bantuan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023