Rektor Universitas Nurul Jadid (Unuja) Paiton, Kabupaten, Probolinggo, Jawa Timur, KH Abdul Hamid Wahid meminta empat orang mahasantri yang sedang melaksanakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Santri di Ponpes An Nahdhoh, Tanjung Sepat, Malaysia, agar melestarikan keseimbangan antara pemahaman dan pengamalan ayat "Qurani" dan "kauni".
"Tanggung jawab santri untuk melestarikan nilai-nilai keagamaan adalah bagian dari tanggung jawab sebagai hamba, dan mewujudkan ajaran di era baru perlu menimbang ayat-ayat kauni sehingga kiprah mereka sejalan dengan perkembangan zaman," katanya dalam taklimar media yang diterima ANTARA di Situbondo, Jawa Timur, Selasa.
Empat mahasantri Unuja yang melaksanakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Santri di Ponpes An Nahdhoh, Tanjung Sepat, Malaysia, itu yakni Diana Putri Prahasti Mahasiswa (Prodi Matematika), Nabila Firdausyiah (Prodi Pendidikan Bahasa Inggris), Muhammad Shofa Uzzad Zuhri (Prodi Hukum Keluarga) dan Hamadah Sahrullah (Prodi Teknik Elektro).
Dengan kepekaan ini, kata dia, pada nantinya mereka dapat memahami tantangan global yang sedang dihadapi oleh generasi baru.
Menurut dia dalam surat At Taubah ayat 122 bahwa tidak sepatutnya semua orang-orang mukmin pergi ke medan perang. Ada sebagian golongan yang memperdalam pengetahuan agama agar mereka bisa mengingatkan kepada kaumnya.
"Dengan demikian, santri yang belajar di sini (Malaysia) bisa meneguhkan keimanan yang merupakan nikmat tertinggi dalam kehidupan seorang Muslim," tuturnya.
Kiai Hamid juga menyampaikan bahwa kebanyakan santri yang berasal dari para pekerja migran tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu Al Quran murni, tetapi juga pengetahuan umum.
Dengan kehadiran KKN mahasiswa, lanjut dia, mereka juga bisa mempelajari bahasa Inggris dan matematika sebagai bekal pengetahuan dasar yang diperoleh di sekolah menengah pertama sebagai persiapan untuk jenjang selanjutnya.
Dikemukakannya bahwa dengan begitu mereka juga tidak kehilangan kesempatan untuk memilih minat di bidang yang lebih luas, seperti bidang ekonomi dan teknologi.
"Bekal pengetahuan yang didapatkan di tanah Semenanjung, para santri telah belajar banyak kebudayaan dan ekspresi keagamaan yang beragam," katanya.
Ia menambahkan para santri mempunyai modal untuk berkiprah di Asia Tenggara dan pada gilirannya nanti juga di tingkat dunia.
"Santri tidak lagi berada di zona nyaman yang selama ini menempel pada identitas yang melekat pada dirinya, kaum sarungan dengan peran yang terbatas," demikian KH Abdul Hamid Wahid .
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Tanggung jawab santri untuk melestarikan nilai-nilai keagamaan adalah bagian dari tanggung jawab sebagai hamba, dan mewujudkan ajaran di era baru perlu menimbang ayat-ayat kauni sehingga kiprah mereka sejalan dengan perkembangan zaman," katanya dalam taklimar media yang diterima ANTARA di Situbondo, Jawa Timur, Selasa.
Empat mahasantri Unuja yang melaksanakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Santri di Ponpes An Nahdhoh, Tanjung Sepat, Malaysia, itu yakni Diana Putri Prahasti Mahasiswa (Prodi Matematika), Nabila Firdausyiah (Prodi Pendidikan Bahasa Inggris), Muhammad Shofa Uzzad Zuhri (Prodi Hukum Keluarga) dan Hamadah Sahrullah (Prodi Teknik Elektro).
Dengan kepekaan ini, kata dia, pada nantinya mereka dapat memahami tantangan global yang sedang dihadapi oleh generasi baru.
Menurut dia dalam surat At Taubah ayat 122 bahwa tidak sepatutnya semua orang-orang mukmin pergi ke medan perang. Ada sebagian golongan yang memperdalam pengetahuan agama agar mereka bisa mengingatkan kepada kaumnya.
"Dengan demikian, santri yang belajar di sini (Malaysia) bisa meneguhkan keimanan yang merupakan nikmat tertinggi dalam kehidupan seorang Muslim," tuturnya.
Kiai Hamid juga menyampaikan bahwa kebanyakan santri yang berasal dari para pekerja migran tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu Al Quran murni, tetapi juga pengetahuan umum.
Dengan kehadiran KKN mahasiswa, lanjut dia, mereka juga bisa mempelajari bahasa Inggris dan matematika sebagai bekal pengetahuan dasar yang diperoleh di sekolah menengah pertama sebagai persiapan untuk jenjang selanjutnya.
Dikemukakannya bahwa dengan begitu mereka juga tidak kehilangan kesempatan untuk memilih minat di bidang yang lebih luas, seperti bidang ekonomi dan teknologi.
"Bekal pengetahuan yang didapatkan di tanah Semenanjung, para santri telah belajar banyak kebudayaan dan ekspresi keagamaan yang beragam," katanya.
Ia menambahkan para santri mempunyai modal untuk berkiprah di Asia Tenggara dan pada gilirannya nanti juga di tingkat dunia.
"Santri tidak lagi berada di zona nyaman yang selama ini menempel pada identitas yang melekat pada dirinya, kaum sarungan dengan peran yang terbatas," demikian KH Abdul Hamid Wahid .
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023