Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia Seto Mulyadi atau yang dikenal Kak Seto, bersama perwakilan Unicef Indonesia mengkampanyekan pencegahan kekerasan seksual anak dalam temu wicara SGE 2023 di Kota Surabaya, Sabtu.
Pada kegiatan yang digelar Pemkot Surabaya dan Forum Anak Surabaya (FAS) itu, Kak Seto mengingatkan kembali tanggung jawab melindungi anak bukan hanya pemerintah, keluarga, dan orang tua saja, tetapi juga masyarakat.
"Dalam hal ini masyarakat sekitar juga harus saling peduli, apalagi sudah ada lembaga seperti RT/RW. Sehingga saudara terdekat bukan hanya sepupu, tetapi tetangga merupakan saudara terdekat yang wajib melindungi anak-anak," katanya.
Kak Seto menilai anak-anak Kota Surabaya telah menyadari perundungan memberikan efek samping yang dapat mempengaruhi kesehatan mental bagi korban maupun pelaku.
"Bullying ini mungkin pernah dirasakan oleh mereka, sehingga mereka berani bersuara. Moto melindungi anak adalah tanggung jawab kita, anak-anak wajib dilindungi dari berbagai tindak kekerasan. Baik di lingkungan rumah, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Ini juga tanggung jawab bersama pemerintah dan aparat," ujarnya.
Kepala Kantor Unicef untuk Wilayah Jawa, Tubagus Arie Rukmantara menyampaikan, Surabaya memiliki cara unik dalam merayakan kegiatan anak. Salah satunya adalah melalui pameran perdagangan SGE, dimana anak-anak ikut terlibat dalam gelaran kegiatan tersebut.
Untuk itu, ia menilai Kota Surabaya sebagai pusat kota percontohan di Indonesia dalam menyediakan ruang partisipasi bagi anak.
"Lalu bagaimana anak-anak bersama anak-anak sendiri menentukan solusi yang mereka bisa lakukan secara cepat. Ini adalah pameran perdagangan pertama yang melibatkan anak-anak hanya di SGE (Surabaya Great Expo) 2023 . Anak -anak berhasil menjadi pembicara, berdiskusi bersama anak-anak lainya menemukan solusi," kata Arie.
Lewat talkshow bertemakan Pencegahan dan Penanganan Eksploitasi dan Kekerasan Seksual Anak di Ranah Daring (OCSEA/Online Child Sexual Exploitation and Abuse) ini, 500 lebih anak-anak telah hadir. Arie menjelaskan bahwa mereka ingin mengetahui informasi baru, berkenalan, dan berjejaring.
"Kami memberikan edukasi mengenai klasifikasi terkait apa yang disebut pelecehan seksual, penganiayaan seksual, penganiayaan atau bullying, dan penyalahgunaan kekerasan di ranah daring. Mana yang ancaman dan bukan ancaman, kalau terjadi harus kemana? Ternyata Pemkot Surabaya membuat sistem yang bisa dilaporkan lewat Puspaga, jadi anak-anak harus mengerti cara mengidentifikasi, memblokir konten, dan cara melaporkan," katanya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak, serta Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Kota Surabaya, Ida Widayati menyampaikan, perkembangan teknologi harus digunakan secara bijak agar dapat membantu anak dalam mendapatkan informasi.
"Akan tetapi penggunaannya masih memerlukan pengawasan orang tua. Orang tua juga harus memahami pentingnya penggunaan teknologi terhadap anak. Maka perlu adanya pendampingan bagi anak saat menggunakan gadget," tutur Ida.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Pada kegiatan yang digelar Pemkot Surabaya dan Forum Anak Surabaya (FAS) itu, Kak Seto mengingatkan kembali tanggung jawab melindungi anak bukan hanya pemerintah, keluarga, dan orang tua saja, tetapi juga masyarakat.
"Dalam hal ini masyarakat sekitar juga harus saling peduli, apalagi sudah ada lembaga seperti RT/RW. Sehingga saudara terdekat bukan hanya sepupu, tetapi tetangga merupakan saudara terdekat yang wajib melindungi anak-anak," katanya.
Kak Seto menilai anak-anak Kota Surabaya telah menyadari perundungan memberikan efek samping yang dapat mempengaruhi kesehatan mental bagi korban maupun pelaku.
"Bullying ini mungkin pernah dirasakan oleh mereka, sehingga mereka berani bersuara. Moto melindungi anak adalah tanggung jawab kita, anak-anak wajib dilindungi dari berbagai tindak kekerasan. Baik di lingkungan rumah, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Ini juga tanggung jawab bersama pemerintah dan aparat," ujarnya.
Kepala Kantor Unicef untuk Wilayah Jawa, Tubagus Arie Rukmantara menyampaikan, Surabaya memiliki cara unik dalam merayakan kegiatan anak. Salah satunya adalah melalui pameran perdagangan SGE, dimana anak-anak ikut terlibat dalam gelaran kegiatan tersebut.
Untuk itu, ia menilai Kota Surabaya sebagai pusat kota percontohan di Indonesia dalam menyediakan ruang partisipasi bagi anak.
"Lalu bagaimana anak-anak bersama anak-anak sendiri menentukan solusi yang mereka bisa lakukan secara cepat. Ini adalah pameran perdagangan pertama yang melibatkan anak-anak hanya di SGE (Surabaya Great Expo) 2023 . Anak -anak berhasil menjadi pembicara, berdiskusi bersama anak-anak lainya menemukan solusi," kata Arie.
Lewat talkshow bertemakan Pencegahan dan Penanganan Eksploitasi dan Kekerasan Seksual Anak di Ranah Daring (OCSEA/Online Child Sexual Exploitation and Abuse) ini, 500 lebih anak-anak telah hadir. Arie menjelaskan bahwa mereka ingin mengetahui informasi baru, berkenalan, dan berjejaring.
"Kami memberikan edukasi mengenai klasifikasi terkait apa yang disebut pelecehan seksual, penganiayaan seksual, penganiayaan atau bullying, dan penyalahgunaan kekerasan di ranah daring. Mana yang ancaman dan bukan ancaman, kalau terjadi harus kemana? Ternyata Pemkot Surabaya membuat sistem yang bisa dilaporkan lewat Puspaga, jadi anak-anak harus mengerti cara mengidentifikasi, memblokir konten, dan cara melaporkan," katanya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak, serta Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Kota Surabaya, Ida Widayati menyampaikan, perkembangan teknologi harus digunakan secara bijak agar dapat membantu anak dalam mendapatkan informasi.
"Akan tetapi penggunaannya masih memerlukan pengawasan orang tua. Orang tua juga harus memahami pentingnya penggunaan teknologi terhadap anak. Maka perlu adanya pendampingan bagi anak saat menggunakan gadget," tutur Ida.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023