Pacitan - Belasan hektare tanaman cabai di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, saat ini mulai rusak dan layu akibat kekeringan. Kondisi itu dikeluhkan sejumlah petani cabai di Desa Mantren dan Wareng, Kecamatan Punung, Kamis. Menurut pengakuan petani setempat, saat ini tanaman cabai mereka sebagian sudah pada mati. "Kalaupun ada yang masih hidup, kebanyakan batangnya mulai layu sehingga nantinya juga pasti mati. Kekeringan ini benar-benar menjadi bencana bagi kami," ujar Temi, salah seorang petani cabai di Desa Mantren. Sebagaimana petani cabai lain yang jumlahnya di Desa Mantren ada puluhan orang, Temi mengaku tidak bisa berbuat banyak. Ia mengaku heran lantaran musim kering yang baru berlangsung dua-tiga bulan tersebut seakan telah menjadi bencana serius bagi tanaman cabai mereka. Padahal, saat musim hujan lalu jenis tanaman yang sama tidak bisa mereka panen maksimal lantaran juga rusak (membusuk) karena terendam air. "Cuacanya tidak stabil, kami rugi banyak selama dua musim tanam ini," keluhnya. Saat ini, kondisinya justru berbalik. Kesulitan air selama musim kering telah menyebabkan Temi maupun petani cabai lain rugi besar karena meskipun bisa panen, namun harga jual tanaman produksi mereka anjlok di pasaran. Kenyataan ini bisa terjadi lantaran kualitas produksi cabai saat ini kurang bagus sebagai akibat kekurangan pasokan air. "Ongkos tanamnya saja Rp 400 ribu, tapi kalau panen paling hanya dapat Rp300 ribu, bagaimana kami tidak rugi," ucap Temi. Tidak hanya tanaman cabai, hal serupa menimpa petani padi di Desa Wareng, Kecamatan Punung. Puluhan hektar tanaman padi di daerah ini terancam gagal panen karena faktor yang sama. Minimnya pasokan air untuk pengairan bisa dilihat dari kondisi tanah di areal persawahan yang seluruhnya telah pecah-pecah dan berongga cukup besar. "Karena hampir pasti puso, tanaman padi itu terpaksa kami babat habis untuk pakan ternak sendiri ataupun dijual ke peternak lain. Sudah tidak bisa diharapkan lagi hasilnya," kata Supardi, petani Desa Wareng. Ia mengaku, kerugian yang dialaminya selama musim tanam kali ini mencapai jutaan rupiah. "Ya saya rugi, ongkos tanamnya saja dulu habis Rp3 jutaan," ujar dia. Sedangkan di wilayah Kecamatan Kebonagung para petani mengeluhkan harga jual kedelai yang turun. Akibatnya, hasil panen tak mampu menutupi biaya tanam. Kondisi itu masih diperparah dengan terbatasnya persediaan air untuk irigasi. Untuk mengairi tanaman, petani terpaksa memberlakukan sistem bergilir. Berdasar data di Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Pacitan, luas sawah di kabupaten tersebut tercatat mencapai 13 ribu hektare lebih. Dari jumlah itu, hampir separuhnya, yakni sekitar 6.707 hektare merupakan sawah tadah hujan. Sisanya merupakan lahan kering dengan luas mencapai 6.029 ribu hektare. Lahan jenis ini tersebar merata di seluruh wilayah Pacitan. Namun, terbanyak berada di wilayah barat yang meliputi Kecamatan Pringkuku, Punung dan Kecamatan Donorojo. Di lahan ini, bertanam padi maksimal hanya bisa dilakukan dua kali setiap tahun.

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011