Nganjuk - Sebanyak 73 anak usia 0-5 tahun di Kabupaten Nganjuk diketahui menderita gizi buruk, hingga perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah setempat. Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk, Guruh Hariwibowo, Jumat, mengakui kondisi anak-anak yang menderita gizi buruk itu memang mengkhawatirkan. "Selain badan mereka yang kurus, mereka juga menderita penyakit bawaan," katanya. Ia mengatakan, gizi buruk yang diderita anak-anak itu bukan marasmus kwashiorkor yang ditandai dengan badan yang sangat kurus, wajah seperti orang tua, rambut yang mudah dicabut, tetapi gizi buruk yang menimpa anak-anak itu didominasi karena berbagai penyakit. Beberapa penyakit yang diderita di antaranya kelainan jantung, tuberkulosis, keterbelakangan mental, hydrocephalus, dan sejumlah penyakit lainnya. "Penyakit ini mengganggu tumbuh kembang dan tingkat kesehatan mereka, hingga tidak normal seperti anak lainnya," katanya. Ia menyebut, kasus gizi buruk di Nganjuk memang tinggi. Dari berbagai macam evaluasi yang telah dilakukan, juga banyak faktor yang mempengaruhi kasus tersebut. Guruh menyebut, sekitar 59,49 persen, kasus gizi buruk itu dipengaruhi karena faktor ekonomi. Orang tua mereka termasuk warga miskin, hingga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, sejumlah masalah lainnya, seperti minimnya pendidikan, status pekerjaan yang hanya sebagai petani penggarap, juga berpengaruh pada tingkat pemeliharaan bayi. Pihaknya berkomitmen untuk menekan temuan kasus ini hingga seminimal mungkin. Jumlah temuan pada 2011 juga masih sedikit dibandingkan dengan temuan pada 2010 yang mencapai 103 anak. Selain gizi buruk, masih ada 837 anak yang berada di bawah garis merah. Jika dibiarkan, kondisi mereka bisa berubah menjadi gizi buruk. Pihaknya juga telah membuat beberapa program pengentasan kasus gizi buruk, di antaranya Gerakan Pengetasan Gizi Buruk (Gentasibu). Program ini telah dimulai sejak dua tahun lalu, dan saat ini sudah mulai ada perkembangan untuk pengentasan kasus gizi buruk. "Sebelum ada program ini, kasus yang kami temukan pada 2009 lalu mencapai 524 anak, namun saat ini sudah jauh berkurang," ucapnya. Ia menjelaskan, dalam program itu, setiap orangtua bayi maupun bayi yang menderita gizi buruk akan mendapatkan pendampingan, mulai dari pemberian makanan tambahan (PMT), konsultasi, hingga pengobatan. Mereka didampingi hingga sembuh. Saat ini, kata dia, ada 31 pos Gentasibu yang memang dikhususkan untuk pengentasan kasus gizi buruk. Di pos itu, selain ada petugas khusus (selain petugas posyandu, red), ada ahli gizi, juga ada dokter. "Kalau posyandu memang ada kegiatan juga, tapi khusus untuk bayi yang menderita gizi buruk didampingi di pos Gentasibu. Untuk posyandu, untuk pemeriksaan kesehatan bayi dan pendampingan bayi di bawah garis merah," ucap Guruh.

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011