Surabaya - Sebanyak 153 prajurit TNI yang menjadi anggota Satgas Yonmek Kontingen Garuda (Konga) XXIII-E/UNIFIL atau Indonesian Battalion (INDOBATT) mengikuti penyuluhan, konseling, dan pemeriksaan HIV/AIDS di Markas Batalyon UN Position 7-1, Adshit Al Qusayr, Lebanon Selatan.
Komandan INDOBATT Letkol Inf Hendy Antariksa kepada ANTARA melalui surat elektronik dari Lebanon, Jumat, melaporkan penyuluhan dan pemeriksaan HIV/AIDS itu dilakukan Tim Kesehatan INDOBATT yang bekerja sama dengan Unit HIV/AIDS Training UNIFIL Head Quarter Naqoura.
"Kegiatan yang digagas Lettu CKM dr Paulus Dimu, Lettu Kes dr Bhayu Rizallinoor, dan Lettu CKM dr Aziz Mubarraq itu berlangsung selama dua hari pada 13 dan 14 September 2011 dengan dipandu oleh konselor HIV/AIDS dr Basundhara Barati dari India," katanya.
Untuk acara konseling dibagi menjadi dua sesi, yakni sesi pertama berupa diskusi tentang seputar masalah HIV-AIDS, yaitu tentang definisi, cara penularan, pencegahan dan pengobatan serta bagaimana kebijakan PBB terhadap masalah HIV/AIDS.
"Pada sesi kedua yaitu pemeriksaan darah cepat untuk virus HIV bagi para peserta konseling," katanya, didampingi Wadan Satgas, Letkol Mar Harnoko.
Menurut dr Basundhara Barati selaku pembicara, tugas sebagai "peacekeepers" (penjaga perdamaian) pada dasarnya memiliki tingkat kerawanan untuk terjangkit penyakit ini.
Hal ini bisa disebabkan penugasan yang jauh dari keluarga, apalagi rata-rata usia mereka merupakan usia reproduktif dan memiliki kerawanan untuk terjadinya transaksi seksual, terutama pada korban konflik yang membutuhkan uang atau makanan untuk bertahan hidup.
"We are posted in here, in post conflict area, so we must fully aware of this problem (Kita yang ditugaskan di sini, di daerah pascakonflik, kita harus sepenuhnya menyadari masalah ini)," katanya, mengutip dr Basundhara.
Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah agar para prajurit dengan menerima pengetahuan ini dapat menghindari stigma dan diskriminasi terhadap para pengidap HIV yang pada dasarnya memiliki hak yang sama untuk bekerja sepanjang dia mampu dan secara medis dinilai belum terjangkit infeksi oportunis yang dapat dengan mudah menular kepada rekan-rekan kerjanya.
"The people with HIV have the same right to work as long as they fit to work and have not been infected by opportunist infection that can be harmful for the others worker (Orang-orang dengan HIV memiliki hak yang sama untuk bekerja selama mereka cocok untuk bekerja dan belum terinfeksi oleh infeksi oportunis yang dapat berbahaya bagi pekerja lain)," kata dr Basundhara sebagaimana dikutip Komandan Indobatt.
Setelah sesi diskusi, kegiatan konseling dilanjutkan dengan pemeriksaan "Rapid Test" (pengujian secara cepat) terhadap darah para peserta untuk mengetahui, apakah seseorang sudah terinfeksi virus HIV atau tidak.
Komandan Indobatt menambahkan kegiatan lanjutan akan dilaksanakan pada bulan November, terutama bagi para tenaga medis UNIFIL dan tim kesehatan INDOBATT untuk menjadi konselor di Batalyon masing-masing.
"Hal itu menunjukkan antusiasme peserta yang cukup tinggi dan betapa besarnya perhatian UNIFIL terhadap pencegahan dan penanggulangan terhadap masalah HIV/AIDS. Dengan mengenal lebih dalam apa yang dinamakan HIV/AIDS serta memahami upaya pencegahannya, maka kita akan terhindar dari penyakit itu," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011