Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur melakukan koordinasi berjejaring untuk penanganan Tuberculosis (TBC) dengan melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan berbagai klinik di wilayah setempat, Jumat.

Sekretaris Dinkes Kabupaten Probolinggo Mujoko mengatakan, koordinasi penanganan TBC bertujuan untuk membahas pengembangan jaringan layanan dan penanggulangan TBC di tingkat kabupaten.

"Mengidentifikasi permasalahan, perkembangan, tantangan dan solusi dalam penanggulangan TBC khususnya pelibatan fasilitas pelayanan kesehatan dan membangun jejaring layanan TBC yang terstruktur, " tuturnya.

Selain itu, lanjut dia, mengembangkan dan menguatkan jejaring layanan TBC di wilayah setempat secara sistematis dan terukur serta menguatkan keterlibatan/kontribusi/peran dari masing-masing unsur dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan dalam jejaring layanan TBC.

Ia menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang mempunyai beban Tuberkulosis (TBC) yang tinggi dan menempati posisi ke-2 di dunia saat ini. Selain itu, kasus TBC-MDR, TBC-HIV, TBC-DM, TBC pada anak dan masyarakat rentan lainnya juga semakin bertambah dan menjadi tantangan.

"Di Kabupaten Probolinggo jumlah kasus TBC yang ditemukan dan diobati pada tahun 2022 sebanyak 1.747 kasus dari total target sebanyak 2.501 (69,85 persen) dengan angka keberhasilan pengobatan sebesar 91 persen," tuturnya.

Menurutnya laporan itu masih jauh dari target capaian yang diharapkan untuk bisa menuju eliminasi TBC 2030, sehingga diharapkan dengan koordinasi berjejaring dapat mencapai angka keberhasilan yang cukup tinggi.

Ia menjelaskan terdapat lebih dari 5.000 fasilitas layanan kesehatan yang terdiri atas rumah sakit pemerintah dan swasta, balai besar/balai kesehatan paru masyarakat (B/BKPM), puskesmas, dokter praktik mandiri, klinik dan lain-lain di Jawa Timur.

"Sebanyak 87,24 persen dari total RS pemerintah dan semua puskesmas sisanya 12,76 dari total RS swasta, klinik dan dokter praktik mandiri sudah terlibat dalam penemuan kasus TBC," katanya.

Data Kabupaten Probolinggo masih pada RS pemerintah, RS Swasta dan puskesmas berkontribusi dalam tata laksana dan pencatatan atau pelaporan kasus TBC, sedangkan kontribusi klinik dan dokter praktik mandiri masih sangat minim.

Dari kondisi tersebut diperlukan adanya pelibatan fasilitas pelayanan kesehatan klinik dan dokter praktek mandiri yang lebih luas dan bermutu yang dapat diakses oleh masyarakat dalam bentuk jejaring pelibatan layanan pemerintah-swasta yang kemudian disebut sebagai public-private mix.

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Abdul Hakim


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023