Pimpinan DPRD Kota Surabaya mendukung pemerintah kota setempat melalukan upaya sinergi bersama pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk bisa mengatasi kemiskinan dengan memberikan keterampilan bagi keluarga miskin (gakin).

"Ekonomi kerakyatan kini menjadi prioritas utama Pemkot Surabaya, salah satunya dengan meningkatkan produk UMKM di semua wilayah Surabaya," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya AH Thony saat mengunjungi UMKM rumah konveksi Asyadina di Simosidomulyo V, Surabaya, Sabtu (10/6).

Ia mengatakan Pemkot Surabaya mengalokasikan APBD senilai lebih dari Rp3 triliun untuk UMKM untuk mengatasi kemiskinan ekstrem.

Menurut dia, yang menarik UMKM yang terletak di Simosidomulyo V itu adalah mempekerjakan 21 orang penyandang disabilitas.

AH Thony juga melihat keterampilan disablitas dalam menjahit, bahkan mereka juga memberikan pelatihan menjahit kepada 42 keluarga miskin yang sudah didata oleh Pemkot Surabaya untuk kemudian dilakukan pemberdayaan dalam meningkatkan taraf ekonomi.

"Di sini ada pemberdayaan disablitas, tapi bersyukur ternyata di saat saya datang di sini ada program dari pemkot yaitu memberikan pelatihan pada gakin yakni menjahit. Saya senang melihat ini karena ada kecerdasan hati dan pikiran baik dari Asyadina (rumah konveksi) maupun pemkot," katanya.

Kecerdasan hati yang dimaksud Thony adalah empati untuk memfasilitasi disablitas dalam mengasah keterampilan sehingga bisa produktif.

Meski demikian, Thony juga meminta Pemkot Surabaya untuk terus mendampingi gakin usai mendapatkan ketrampilan seperti menjahit. Tujuannya agar lebih percaya diri dalam mendapatkan pendapatan melalui keterampilannya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, semua kegiatan dari Pemkot Surabaya saat ini telah melibatkan UMKM, seperti halnya pengadaan seragam, kemudian makanan atau jajanan.

Namun ketika sudah melibatkan UMKM di dalam wilayah tentu Pemkot Surabaya tidak perlu lagi mengadakan barang yang berasal dari luar Surabaya dengan alasan lebih murah.

"Sekarang sudah ada tenaga yang bisa mengerjakan seragam walaupun sedikit mahal (harganya) saya pikir gak ada salahnya untuk memesan di warganya sendiri yang sudah terlatih. Semata-mata untuk pemberdayaan dan meningkatkan ekonomi warga," kata Thony.

Salah satu warga gakin yang mengikuti pelatihan menjahit, Yeni Ria mengaku sudah mengikuti pelatihan selama 4 hari dan dilatih oleh disablitas yang profesional.

Perempuan warga Kecamatan Sukomanunggal itu mendapatkan pelatihan mulai dari memotong kain, membuat pola, gambar hingga menjahit.

Sementara itu, pemilik rumah konveksi Asyadina, Muta'alliqu Rusydina menjelaskan telah menerima pesanan dari Pemkot Surabaya seperti seragam sekolah, rompi, kaos, jilbab untuk Kader Surabaya Hebat (KSH) hingga bendera. 

Ia juga mengaku mendapatkan tantangan dari istri wali kota Surabaya Rini Indriyani untuk memproduksi kaos batik motif Surabaya yang kemudian dipasarkan ke Singapura dan Malaysia.

"Alhamdulillah ternyata bisa. Akhirnya kami mengikuti pameran kaos batik motif Surabaya ke luar negeri. Kalau per satuannya harga Rp 150 ribu," ungkap Mita.

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023