Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengupayakan kesejahteraan petani dengan mengoptimalkan dan memaksimalkan sektor hulu dan hilir pertanian.  

Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak menjelaskan tidak cukup dengan optimalisasi dan maksimalisasi di tatanan hilir sektor pertanian saja. 

Hilirisasi harus melihat skalanya juga. Kalau lewat hulunya kan tanaman kita beras, jagung, tebu dan mungkin juga tembakau, misalnya. Persoalannya apakah masih ada ruang untuk menanamnya?," katanya di Surabaya, Selasa. 

Wagub Emil menilai hilirisasi dari tanaman mayoritas yang ditanam di Jatim sudah maksimal. 

Contohnya  hilirisasi padi menjadi beras. Selain itu jagung bisa langsung dikonsumsi atau dijadikan makanan ternak. Kemudian hilirisasi tebu menjadi gula dan terbaru untuk etanol.

"Jadi kita tidak bisa menjawab masalah hilir kalau belum mikir di hulunya," ujarnya.

Emil menandaskan saat ini Jatim sedang berupaya mewujudkan swasembada pangan. Di sisi lain, swasembada pangan juga menuntut petani-petani lebih optimal dalam meningkatkan produktivitasnya pada jenis-jenis tanaman yang menjadi makanan pokok masyarakat.

"Berani nggak kita menanam tanaman lain yang mungkin sebenarnya bisa hilirisasinya lebih banyak lagi.  Satu pohon yang bisa menghasilkan banyak sekali lapangan kerja, untuk mewujudkannya tidak sesederhana itu," ucapnya.

Sementara hilirisasi yang sudah pasti saat ini adalah tanaman padi dalam bentuk beras yang menjadi konsumsi utama masyarakat Indonesia. 

Keberanian untuk menanam jenis tanaman lain yang kemudian diproduksi dalam jumlah besar dan mampu dihilirisasi menjadi berbagai produk menjadi tantangan tersendiri, selain juga akan menimbulkan banyak perspektif di tengah upaya mewujudkan swasembada pangan di Indonesia. 

Terlebih Jatim merupakan provinsi dengan produktivitas padi tertinggi secara nasional. Sektor pertanian menyumbang 10,76 persen terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Jatim. Lalu sepertiga dari total angkatan kerja di Jatim bekerja di sektor pertanian.

"Setelah ditelaah seperti itu, kita menemukan bahwa sebenarnya sudah optimal. Bisa dibilang apa yang sudah dilakukan oleh para petani sudah cukup maksimal," katanya.

Di sisi lain, luas Jatim yang mencapai 48.000 kilometer persegi dengan jumlah penduduknya 40 juta jiwa menunjukkan padat sekali dengan lahan yang sangat terbatas. 

"Oleh sebab itu, optimalisasi dan maksimalisasi hulu hilir di sektor pertanian menjadi sangat penting untuk bisa memberikan kesejahteraan bagi para petani," tuturnya.
 

Pewarta: Hanif Nashrullah

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023