Pimpinan DPRD Kota Surabaya meminta pemerintah setempat segera merevitalisasi Benteng Kedung Cowek di Kedung Cowek, Bulak, menjadi destinasi wisata juang.
Wakil Ketua DPRD Surabaya A Hermas Thony di Surabaya, Selasa, mengatakan revitalisasi tersebut dengan tidak melenyapkan bagian-bagian bangunan aslinya, bangunan cagar budaya ini akan tetap terjaga keasliannya.
"Benteng peninggalan zaman Belanda yang memiliki nilai sejarah ini harus didorong agar juga memiliki nilai tambah bagi Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Salah satunya, lokasi Benteng Kedung Cowek tersebut sangat tepat jika dijadikan wisata kejuangan," katanya.
Menurut dia, Benteng Kedung Cowek tidak lain adalah mutiara yang terpendam di Kota Pahlawan. Benteng bersejarah zaman Belanda ini harus direvitalisasi.
Untuk itu, kata dia, perlu adanya sentuhan dari pemangku kebijakan. Sentuhan yang dimaksud adalah dukungan dari otoritas dan pemilik benteng agar tidak membiarkan bangunan bernilai sejarah tinggi itu fisiknya rusak.
Benteng sebagai jejak Belanda yang ada di Surabaya itu harus sebisa mungkin ada yang merawat karena benteng ini cagar budaya.
Benteng yang berjumlah delapan bangunan kuno itu kepemilikannya diketahui milik TNI di bawah Kodam V Brawijaya. Berada di lahan sekitar 7 hektare. Selain sebagian benteng pertahanan dari ancaman keamanan dari laut utara Surabaya, benteng ini juga gudang amunisi dan penjara.
Saat ini kondisinya jauh dari ideal sebagai bangunan cagar budaya. Akses jalan masih ala kadarnya berupa jalan makadam. Banyak tumbuhan liar tumbuh di benteng ini. Padahal nilai sejarahnya luar biasa. Begitu juga nilai wisata benteng ini.
Siapa pun yang melihat benteng peninggalan Belanda ini secara langsung akan terlihat betapa eksotiknya bangunan kuno itu. Dengan potensi wisata yang luar biasa, AH Thony meyakini bahwa benteng inilah sebenarnya mutiara wisata juang Kota Pahlawan yang terlupakan.
Tidak hanya eksotiknya rupa, model, dan bentuk bangunanya. Tapi di lokasi benteng juga menyajikan pemandangan indah bibir pantai Selat Madura. Jembatan ikonik Suramadu terlihat dari benteng ini. Ditambah banyaknya pohon tua yang rimbun menjadikan tempat ini teduh dan penuh sensasi.
Wisata Kejuangan
Benteng dengan artifek kuno itu, keberadaannya saat ini masih utuh. Menurut AH Thony, benteng inilah jejak nyata Belanda. Penjajah ini membuat sistem pertahanan dari ancaman keamanan di laut. Sekaligus keberadaannya semakin meneguhkan Surabaya sebagai Kota Pahlawan.
"Momentum peringatan Hari Jadi Kota Surabaya ke-730 pada 31 Mei ini harus menjadi momentum untuk meneguhkan kota ini sebagai Kota Pahlawan. Salah satunya melalui aksi nyata merawat peninggalan sejarah bangsa dengan merevitalisasi Benteng Kedung Cowek," kata AH Thony.
Politikus asal Partai Gerindra tersebut juaga menegaskan bahwa perlu dukungan agar penghargaan kepada peninggalan sejarah itu semakin nyata.
Salah satunya tidak membiarkan Benteng Kedung Cowek sebagai bangunan cagar budaya merana. Harus terawat dan memiliki nilai tambah untuk masyarakat.
Salah satu opsi yang paling masuk akal dan tepat adalah menjadikan Benteng Kedung Cowek sebagai wisata kejuangan. Artinya tempat ini menjadi saksi bahwa di masa penjajahan Belanda, warga Surabaya ikut menjadi bagian berjuang mengusir Belanda dari Surabaya.
Benteng itu juga menunjukkan bahwa ada sisa-sisa sejarah yang sampai saat ini masih terlihat. Tempat itu juga menandakan bahwa makna kejuangan tergambar di Surabaya. Seiringnya waktu Revitalisasi tidak sekadar tempat pertahanan harus dipikirkan.
"Sudah saatnya, revitalisasi fungsi Benteng Kedung Cowek lebih dari jejak sejarah perjuangan. Tapi harus diperluas dengan memberi nilai tambah pada masyarakat dan ekonomi sekitar benteng. Yakni menjadi destinasi wisata," ucap Thony.
Pemerintah Kota Surabaya sebelumnya menetapkan Benteng Kedung Cowek sebagai bangunan cagar budaya.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Surabaya Retno Hastijanti sebelumnya mengatakan, penetapan Benteng Kedung Cowek sebagai bangunan cagar budaya ini melalui proses yang begitu panjang. Sebelum ditetapkan, beberapa data harus divalidasi, seperti data-data sejarah dan umur bangunan.
"Dari tahun 2015 bangunan ini telah diajukan sebagai calon bangunan cagar budaya. Namun, baru bisa diklarifikasi di tahun 2019, termasuk melakukan uji terhadap umur bangunan," tutur Hasti.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Wakil Ketua DPRD Surabaya A Hermas Thony di Surabaya, Selasa, mengatakan revitalisasi tersebut dengan tidak melenyapkan bagian-bagian bangunan aslinya, bangunan cagar budaya ini akan tetap terjaga keasliannya.
"Benteng peninggalan zaman Belanda yang memiliki nilai sejarah ini harus didorong agar juga memiliki nilai tambah bagi Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Salah satunya, lokasi Benteng Kedung Cowek tersebut sangat tepat jika dijadikan wisata kejuangan," katanya.
Menurut dia, Benteng Kedung Cowek tidak lain adalah mutiara yang terpendam di Kota Pahlawan. Benteng bersejarah zaman Belanda ini harus direvitalisasi.
Untuk itu, kata dia, perlu adanya sentuhan dari pemangku kebijakan. Sentuhan yang dimaksud adalah dukungan dari otoritas dan pemilik benteng agar tidak membiarkan bangunan bernilai sejarah tinggi itu fisiknya rusak.
Benteng sebagai jejak Belanda yang ada di Surabaya itu harus sebisa mungkin ada yang merawat karena benteng ini cagar budaya.
Benteng yang berjumlah delapan bangunan kuno itu kepemilikannya diketahui milik TNI di bawah Kodam V Brawijaya. Berada di lahan sekitar 7 hektare. Selain sebagian benteng pertahanan dari ancaman keamanan dari laut utara Surabaya, benteng ini juga gudang amunisi dan penjara.
Saat ini kondisinya jauh dari ideal sebagai bangunan cagar budaya. Akses jalan masih ala kadarnya berupa jalan makadam. Banyak tumbuhan liar tumbuh di benteng ini. Padahal nilai sejarahnya luar biasa. Begitu juga nilai wisata benteng ini.
Siapa pun yang melihat benteng peninggalan Belanda ini secara langsung akan terlihat betapa eksotiknya bangunan kuno itu. Dengan potensi wisata yang luar biasa, AH Thony meyakini bahwa benteng inilah sebenarnya mutiara wisata juang Kota Pahlawan yang terlupakan.
Tidak hanya eksotiknya rupa, model, dan bentuk bangunanya. Tapi di lokasi benteng juga menyajikan pemandangan indah bibir pantai Selat Madura. Jembatan ikonik Suramadu terlihat dari benteng ini. Ditambah banyaknya pohon tua yang rimbun menjadikan tempat ini teduh dan penuh sensasi.
Wisata Kejuangan
Benteng dengan artifek kuno itu, keberadaannya saat ini masih utuh. Menurut AH Thony, benteng inilah jejak nyata Belanda. Penjajah ini membuat sistem pertahanan dari ancaman keamanan di laut. Sekaligus keberadaannya semakin meneguhkan Surabaya sebagai Kota Pahlawan.
"Momentum peringatan Hari Jadi Kota Surabaya ke-730 pada 31 Mei ini harus menjadi momentum untuk meneguhkan kota ini sebagai Kota Pahlawan. Salah satunya melalui aksi nyata merawat peninggalan sejarah bangsa dengan merevitalisasi Benteng Kedung Cowek," kata AH Thony.
Politikus asal Partai Gerindra tersebut juaga menegaskan bahwa perlu dukungan agar penghargaan kepada peninggalan sejarah itu semakin nyata.
Salah satunya tidak membiarkan Benteng Kedung Cowek sebagai bangunan cagar budaya merana. Harus terawat dan memiliki nilai tambah untuk masyarakat.
Salah satu opsi yang paling masuk akal dan tepat adalah menjadikan Benteng Kedung Cowek sebagai wisata kejuangan. Artinya tempat ini menjadi saksi bahwa di masa penjajahan Belanda, warga Surabaya ikut menjadi bagian berjuang mengusir Belanda dari Surabaya.
Benteng itu juga menunjukkan bahwa ada sisa-sisa sejarah yang sampai saat ini masih terlihat. Tempat itu juga menandakan bahwa makna kejuangan tergambar di Surabaya. Seiringnya waktu Revitalisasi tidak sekadar tempat pertahanan harus dipikirkan.
"Sudah saatnya, revitalisasi fungsi Benteng Kedung Cowek lebih dari jejak sejarah perjuangan. Tapi harus diperluas dengan memberi nilai tambah pada masyarakat dan ekonomi sekitar benteng. Yakni menjadi destinasi wisata," ucap Thony.
Pemerintah Kota Surabaya sebelumnya menetapkan Benteng Kedung Cowek sebagai bangunan cagar budaya.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Surabaya Retno Hastijanti sebelumnya mengatakan, penetapan Benteng Kedung Cowek sebagai bangunan cagar budaya ini melalui proses yang begitu panjang. Sebelum ditetapkan, beberapa data harus divalidasi, seperti data-data sejarah dan umur bangunan.
"Dari tahun 2015 bangunan ini telah diajukan sebagai calon bangunan cagar budaya. Namun, baru bisa diklarifikasi di tahun 2019, termasuk melakukan uji terhadap umur bangunan," tutur Hasti.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023