Saat jarum jam masih menunjukkan pukul 09.30 WIB, lalu lalang di sepanjang Jalan Panggung Surabaya mulai terlihat. Dari pejalan kaki, tukang becak, pengemudi motor dan mobil, hingga kendaraan pengantar barang.

Lokasinya persis di sisi Jembatan Merah yang di bawahnya dialiri Sungai Kalimas. Sejauh mata memandang, jalanan berpayung dan bangunan berwarna-warni menghiasi tempat ini.

Ada pula puluhan lampu bergaya kuno di sepanjang kanan jalan yang merupakan hasil revitalisasi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Tiang dan lampunya yang unik, ditambah jarak antartiang satu dengan yang lainnya juga tidak terlalu jauh membuat jalanan terlihat indah.

Dari ujung, sudah terlihat banyaknya pertokoan yang berjajar. Mulai dari penjual parfum, buku dan kitab islam, bahan jamu, rempah-rempah, pewarna pakaian, penukaran uang asing, hingga penjaja ikan.

Tidak hanya pertokoan, Jalan Panggung juga dikenal dengan pasar ikannya. Berbagai jenis hasil laut diperjualbelikan di sana. Baik ikan, cumi-cumi, kerang, sampai kepiting telah tersedia. 

Lalu yang paling identik dari jalanan ini adalah pertokoan dan rumah-rumahnya. Hampir semuanya berlantai dua. Dengan bangunan atas terdapat balkon yang berpagar besi maupun kayu. 

Dikutip dari laman resmi ANTARA, Jalan Panggung merupakan salah satu cagar budaya yang berada di kawasan Kota Tua Surabaya. Kota tua sendiri merupakan tempat yang bersejarah. 

Di samping itu, pada laman resmi Pemkot Surabaya juga menyebutkan bahwa revitalisasi telah dilakukan pada jalan tersebut pada 2019.

“Dulu, mulai dari pojok bangunannya bercat putih polos,” ujar Hengki, seorang pekerja jasa penitipan barang yang telah bekerja selama 20 tahun di salah satu ruko di jalan tersebut.

Ia menambahkan bahwa boleh merevitalisasi kawasan ini, asalkan tidak merubah bentuk bangunan yang sudah menjadi ikon Jalan Panggung.

“Lalu dicat warna-warni semua, merah, hijau, biru, gitu,” ucapnya.

Selain itu, Titik, warga setempat, menceritakan bahwa sudah sejak zaman Belanda, rumah-rumah di Jalan Panggung berlantai dua.

“Semua rumah dari Gang I sampai XII ini bertingkat. Dari timur ke barat, jadi dinamai Jalan Panggung,” ucap wanita berusia 53 tahun tersebut.

Ia juga menjelaskan bahwa dulunya Jalan Panggung beraspal, tetapi hanya diterangi lampu jalan biasa. Jalanan yang dulunya sepi, kini ramai didatangi para remaja untuk sekadar berfoto berlatar bangunan warna-warni dan lampu hias.

Saat pagi hingga sore, kawasan yang berada tepat di ujung Jalan Kembang Jepun tampak ramai dengan aktivitas para perdagangan.

Namun, menjelang sore, lalu senja hingga malam, yang tampak adalah terangnya lampu-lampu berbentuk zaman dulu. Apalagi ditambah pemandangan rumah-rumah kuno yang saling berhadap-hadapan. Jalanannya lebih lengan ditambah aktivitas warga tak seramai siang, membuat nuansanya tenang nan syahdu.

Pewarta: Khilmi Auliaul H/ Ni Nyoman M Conselini

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023