Persoalan transportasi umum seringkali menjadi momok yang sulit terpecahkan di sejumlah daerah di Indonesia. Kondisi itu mulai terurai di Kota Surabaya. Pasalnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus berbenah menyediakan transportasi umum yang aman dan nyaman bagi warganya. 

Yang terbaru, Pemkot Surabaya meluncurkan angkutan feeder atau angkutan pengumpan bernama Wira-Wiri Suroboyo. Angkutan ini menjadi pelengkap transportasi umum sebelumnya, yaitu Suroboyo Bus dan Trans Semanggi Surabaya. 

Selama ini, kedua angkutan umum ini hanya melayani jalan-jalan protokol dan tidak menjangkau perkampungan dan perumahan. Nah, rute-rute itulah yang akhirnya dijangkau dan menjadi rute utama dari feeder Wira-Wiri Suroboyo ini. 

Berdasarkan situs resmi Pemkot Surabaya, di tahap awal ini ada 52 angkutan feeder dioperasikan, terdiri dari 14 Toyota Hiace berkapasitas 14 penumpang dan 38 Daihatsu Grand Max berkapasitas 10 penumpang.

Angkutan baru ini melayani naik-turun penumpang di 315 halte atau bus stop yang ada di lima trayek. Adapun rute 52 angkutan feeder itu adalah FD01 Terminal Benowo-Tunjungan sebanyak 14 unit, FD02 Park and Ride Mayjend Sungkono-Embong Wungu sebanyak sembilan unit, FD03 Terminal Intermoda Joyoboyo-Kedung Asem sebanyak 10 unit, FD04 Penjaringan Sari-Gunung Anyar sebanyak 10 unit, dan FD05 Puspa Raya-HR Muhammad sebanyak sembilan unit.

Tak lama setelah diresmikan, ternyata banyak warga yang berbondong-bondong ingin menikmati angkutan baru itu. Animo masyarakat pun sangat tinggi dalam memanfaatkan feeder tersebut. 

Akhirnya, saya pun ikut penasaran ingin mencoba angkutan baru ini, dan ternyata memang mudah dijangkau, aman dan nyaman. Perjalanan saya ke sejumlah titik pun semakin mudah, dan mobilitas warga pun kian gampang.

Saat pertama kali memasuki angkutan ini, saya sangat takjub, karena unitnya bersih dan terasa dingin karena memang ber-AC. Apalagi, tempat duduknya juga sudah dibedakan antara perempuan dan laki-laki serta lansia. Tempat duduk yang berwarna pink khusus untuk perempuan, yang berwarna merah untuk lansia, dan tempat duduk yang berwarna hitam untuk umum.

Bahkan, di dalam angkutan itu juga dilengkapi CCTV demi keamanan penumpang. Tersedia pula peralatan ketika keadaan darurat, mulai dari pintu darurat, pemecah kaca, dan senter. 
 
Angkutan pengumpan atau feeder bernama Wira Wiri Suroboyo. ANTARA/HO-Graciella


Tak hanya itu, saya juga mengamati ada LED yang menginformasikan rute feeder tersebut, sehingga penumpang yang akan menaiki Wira-Wiri Suroboyo itu tidak perlu bingung dengan rute yang akan ditempuh angkutan tersebut. Bahkan, monitor layanan informasi juga tersedia di bagian belakang sopir tersebut.

Setelah tiba di tujuan dan hendak turun, kita bisa melakukan pembayaran melalui sistem pembayaran non tunai dengan media pembayaran (tapping) untuk kartu elektronik dan terdapat pembayaran dengan QRIS. Jadi, penumpang benar-benar dibuat aman dan nyaman selama menaiki angkutan tersebut. 

Belum lagi tarifnya Wira-Wiri Suroboyo itu sangat terjangkau bagi semua kalangan. Bagi penumpang umum cukup membayar Rp5.000 dan bagi pelajar dan mahasiswa hanya Rp2.500.

Sedangkan bagi lansia, veteran dan anak di bawah umur lima tahun gratis. Dengan tarif yang super murah itu, tentu sangat terjangkau bagi semua kalangan, sehingga ini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga untuk menaiki angkutan ini. 
 
Angkutan pengumpan atau feeder bernama Wira Wiri Suroboyo. ANTARA/HO-Graciella


Oleh karena itu, melalui secarik tulisan ini saya juga ingin mengajak semua pihak dan seluruh warga Kota Surabaya untuk memanfaatkan angkutan baru ini.

Sebab, kalau semakin banyak yang menggunakan kendaraan umum, maka kemacetan di Surabaya akan semakin terurai, polusi udara juga semakin berkurang, dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi akan terus naik pesat. 

Meski begitu, saya juga menyadari bahwa tidak ada program yang sempurna dan tidak ada manusia yang sempurna. Begitu juga angkutan Wira-Wiri Suroboyo. Selaku penikmat angkutan baru ini, saya merasa pemkot perlu memikirkan sebuah aplikasi khusus untuk memantau pergerakan setiap unitnya sehingga warga yang akan menumpang di angkutan itu bisa memperkirakan waktunya supaya bisa tepat waktu hingga ke tujuan. 

Di samping itu, pemkot juga perlu memikirkan untuk menambah unit feeder. Sebab, masih sangat banyak rute-rute yang belum dijangkau. Akhirnya, saya hanya bisa berharap semoga transportasi umum di Kota Surabaya bisa semakin bagus dan terus berkembang. Aamiin


*Mahasiswa Semester 2 Jurusan Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya

Pewarta: Graciella Reyza Irvandy*

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023