Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur mengingatkan umat Islam tak menjadikan perbedaan sebagai sumber perpecahan terkait potensi berbedanya waktu Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1444 Hijriah.

"Jangan sampai perbedaan menjadi sumber perpecahan, keretakan dan menjadikan umat Islam tidak bersatu,. Mari jadikan perbedaan ini sebagai nafas perjalanan umat Islam satu dengan yang lain," ujar Ketua PW Muhammadiyah Jatim Sukadiono di Surabaya, Kamis.

Hari Raya Idul Fitri tahun ini diprediksi berbeda antara Muhammadiyah dan pemerintah. Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah mengumumkan 1 Syawal jatuh pada 21 April 2023 yang berlandaskan hasil hisab hakiki wujudul hilal dan dijadikan pedoman oleh Majelis Tarjih Tajdid.

Untuk penetapan 1 Syawal, ijtimak terjadi pada Kamis Legi 20 April 2023 tepat 29 Ramadhan 1444 H, berlangsung pukul 11.15.06 WIB dengan ketinggian bulan saat matahari terbenam di Yogyakarta +01° 47` 58".

Berdasarkan PP Muhammadiyah, kondisi itu maka hilal sudah dinyatakan wujud  dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam bulan berada di atas ufuk.

Suko, sapaan akrabnya, menegaskan metode yang dilakukan Muhammadiyah terkait penetapan 1 Syawal berdasarkan Al Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW yang memiliki dasar keagamaan kuat, bukan hanya bersifat rasionalitas ilmu semata-mata.

"Tetapi kuat secara agama, syariahnya dan juga kuat secara ilmu pengetahuan," ucap Suko yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya tersebut.

Menurut dia, warga Muhammadiyah, khususnya di Jawa Timur, pasti akan mengikuti apa yang menjadi keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Perbedaan dalam penentuan 1 Syawal, kata dia, juga bukan sesuatu hal baru sehingga diimbau di tengah perbedaan jangan menjadi keretakan bagi umat Islam.

Suko mengatakan di tengah perbedaan yang terjadi, umat Islam harus mengedepankan prinsip saling menghargai, toleransi dan Ukhuwah Islamiyah karena inti dari semuanya adalah ibadah kepada Allah SWT.

"Jadikan momentum akhir Ramadhan sebagai muslim yang selalu mendekatkan diri kepada Allah. Jika perbedaan nantinya terjadi tetap mengedepankan Ukhuwaah Islamiyah, saling menghargai dan saling toleransi agar terciptanya harmoni kedamaian di tengah perbedaan," tuturnya.

Sementara itu, Kementerian Agama akan menggelar sidang isbat penentuan 1 Syawal 1444 H pada Kamis, 20 April 2023 di Auditorium H.M. Rasjidi Kantor Kemenag RI di Jakarta.

Peneliti Astronomi dan Astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin beberapa waktu lalu menyebut ada potensi perbedaan Idul Fitri tahun ini.

Menurutnya, saat Maghrib, 20 April 2023, posisi bulan di Indonesia belum memenuhi kriteria baru MABIMS, yaitu tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat yang dipedomani pemerintah.

Namun, posisi bulan sudah memenuhi kriteria wujudul hilal.

Apabila merujuk kriteria baru MABIMS, maka Lebaran jatuh pada 22 April 2023, sedangkan bila merujuk wujudul hilal, 1 Syawal 1444 Hijriah jatuh pada 21 April 2023.

Pewarta: Hanif Nashrullah

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023