Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, mencatat sepanjang tahun 2022 jumlah penderita penyakit tuberkolosis (TBC) mencapai 1.188 orang seiring petugas kesehatan gencar melakukan pendataan.

"Dari jumlah penderita ini bukan berarti tingginya kasus TBC di Situbondo, tapi karena memang terdeteksi, karena petugas kesehatan gencar melakukan pendataan penderita TBC," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo Siti Fajriah kepada wartawan di Situbondo, Jumat.

Dia mengakui bahwa jumlah penderita TBC meningkat pada tahun 2022 1.188 orang, bila dibandingkan 2021 sebanyak 899 orang penderita atau pada 2022 jumlah penderita bertambah 219 orang.

Kendati demikian, Siti mengaku optimistis para penderita penyakit menular tersebut bisa sembuh total.

Menurut dia, saat ini petugas Dinas Kesehatan terus gencar melakukan pendataan terhadap penyakit menular, seperti TBC, HIV Aids, dan malaria, sesuai dengan program nasional bahwa pada tahun 2030, Indonesia bebas penyakit tersebut.

"Sesuai target pada tahun 2030 Indonesia bisa bebas dari penyakit ATM (Aids, tuberkolosis, dan malaria)," ujar dia.

Sementara itu, Resillient and Sustainable System for Health (RSSH) Aids Tuberkolosis Malaria (ATM) Jatim, dr. Asih Tri Rachmi Nuswantara mengemukakan bahwa pada tahun 2022 hampir seluruh kabupaten dan kota mengalami peningkatan temuan kasus TBC.

Temuan tingginya kasus TBC ini, lanjut dia, terdata dengan baik, dan untuk pengobatan serta pencegahan dilakukan secara maksimal sehingga 2030 bebas penyakit Aids, TBC, malaria.

Dokter Asih Tri Rachmi menambahkan, pemerintah dalam menghadapi penyakit Aids, tuberkolosis dan malaria akan melimpahkan pada pemerintah daerah, sehingga antar-sektor harus saling bahu-membahu membantu pencegahan penyakit menular itu.

"Dalam menangani penyakit menular ini tidak cukup hanya Dinas Kesehatan, semua dinas di kabupaten dan kota harus saling bersinergi untuk mencegah persebaran-nya," ujar dia.

Penyakit menular Aids, tuberkolosis dan malaria berbeda dengan COVID-19, karena penanganannya butuh waktu yang cukup lama.

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Abdullah Rifai


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023