Dosen Psikologi Olahraga Universitas Negeri Surabaya Dr. Anung Priambodo, S.Pd M.Psi.T membeberkan tahapan kondisi psikologis yang akan menimpa pemain Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang batal mengikuti Piala Dunia U20.
"Menurut teori psikologi Kubler Ross, ini bisa diartikan juga sebagai kehilangan, karena kehilangan itu tidak hanya ditinggal oleh orang terkasih tetapi saat seseorang gagal mendapat sesuatu yang sudah diharapkan itu juga termasuk kehilangan, termasuk para pemain Timnas yang saat ini kehilangan momen Piala Dunia," ucapnya saat dikonfirmasi, Kamis.
Para pemain tersebut, menurut Anung, jika menurut teori Kubler Ross, akan mengalami lima tahapan kedukaan akibat batalnya bermain di ajang Piala Dunia U20 yang seharusnya digelar di Indonesia.
"Yang pertama penyangkalan, kedua marah, kemudian menawar, depresi hingga akhirnya menerima, saat ini mungkin di tahap marah," kata pria yang akrab disebut coach Anung tersebut.
Saat di tahap penyangkalan, lanjutnya, para pemain timnas tersebut akan merasakan seolah-olah hal itu tidak terjadi dan hanya mimpi yang saat bangun akan kembali normal.
"Mereka akan menyangkal semua itu, yang dapat menimbulkan kemarahan, entah bentuknya itu marah ke gubernur kemarin yang menolak atau ke pemerintah, siapapun yang terlibat sebagai bentuk mengekspresikan kemarahan," ujar pria yang pernah menjabat sebagai mental coach kontingen Jawa Timur pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat dan Papua tersebut.
Kemudian, pada tahap ke tiga akan melakukan bargaining atau penawaran dengan melakukan pengandaian terkait pelaksanaan dan tempat penyelenggaraan pertandingan.
"Mungkin mereka akan berandai-andai jika seandainya tidak di provinsi itu di Bali sama Jateng, mungkin tidak terjadi seperti ini, intinya berandai-andai dan berharap hal itu tidak terjadi," ujarnya.
Kalau ketiga tahapan itu terjadi, kata Anung, tahap keempatnya mereka akan depresi dan merasa gagal meskipun persiapan untuk menuju ke Piala Dunia U20 sudah lama.
"Setelah depresi, belum tentu mereka akan bisa menerima langsung, semua itu tergantung bagaimana kejadian ini akan berlanjut, ada hukuman atau sanksinya berat itu juga dapat mempengaruhi, jika ada solusi yang menurut mereka oke, itu cukup untuk bisa mengobati atlet Timnas Indonesia U20 agar dapat menerima sesuai dengan tahapan ke lima dan fokus untuk meraih tujuan yang baru," ujarnya.
Tetapi jika hal tersebut gagal diraih dan yang diimpikan itu hilang, tahapan ke lima dari teori Kubler Ross akan berlangsung lama karena tidak bisa menerima kondisi yang sesuai dengan kehendaknya.
"Semua itu tergantung dari langkah selanjutnya terkait dengan pencoretan atau sanksi apa yang akan diterima oleh Indonesia. Jika ada target baru hal itu bisa menumbuhkan motivasi baru juga," tuturnya.
Oleh karena itu, penanganan yang harus diberikan untuk para atlet Timnas Indonesia tersebut adalah motivasi dari orang terdekatnya, mungkin bisa orang tua, keluarga atau pun pelatih.
"Harus mau memberikan motivasi kepada mereka untuk tetap berfikir positif, bahwa kesempatan ke depan itu selalu tetap ada, walaupun untuk saat ini even yang dunia ini harus hilang. Akan ada saatnya mereka tetap bisa berprestasi di even yang lain," ucap Anung.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Menurut teori psikologi Kubler Ross, ini bisa diartikan juga sebagai kehilangan, karena kehilangan itu tidak hanya ditinggal oleh orang terkasih tetapi saat seseorang gagal mendapat sesuatu yang sudah diharapkan itu juga termasuk kehilangan, termasuk para pemain Timnas yang saat ini kehilangan momen Piala Dunia," ucapnya saat dikonfirmasi, Kamis.
Para pemain tersebut, menurut Anung, jika menurut teori Kubler Ross, akan mengalami lima tahapan kedukaan akibat batalnya bermain di ajang Piala Dunia U20 yang seharusnya digelar di Indonesia.
"Yang pertama penyangkalan, kedua marah, kemudian menawar, depresi hingga akhirnya menerima, saat ini mungkin di tahap marah," kata pria yang akrab disebut coach Anung tersebut.
Saat di tahap penyangkalan, lanjutnya, para pemain timnas tersebut akan merasakan seolah-olah hal itu tidak terjadi dan hanya mimpi yang saat bangun akan kembali normal.
"Mereka akan menyangkal semua itu, yang dapat menimbulkan kemarahan, entah bentuknya itu marah ke gubernur kemarin yang menolak atau ke pemerintah, siapapun yang terlibat sebagai bentuk mengekspresikan kemarahan," ujar pria yang pernah menjabat sebagai mental coach kontingen Jawa Timur pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat dan Papua tersebut.
Kemudian, pada tahap ke tiga akan melakukan bargaining atau penawaran dengan melakukan pengandaian terkait pelaksanaan dan tempat penyelenggaraan pertandingan.
"Mungkin mereka akan berandai-andai jika seandainya tidak di provinsi itu di Bali sama Jateng, mungkin tidak terjadi seperti ini, intinya berandai-andai dan berharap hal itu tidak terjadi," ujarnya.
Kalau ketiga tahapan itu terjadi, kata Anung, tahap keempatnya mereka akan depresi dan merasa gagal meskipun persiapan untuk menuju ke Piala Dunia U20 sudah lama.
"Setelah depresi, belum tentu mereka akan bisa menerima langsung, semua itu tergantung bagaimana kejadian ini akan berlanjut, ada hukuman atau sanksinya berat itu juga dapat mempengaruhi, jika ada solusi yang menurut mereka oke, itu cukup untuk bisa mengobati atlet Timnas Indonesia U20 agar dapat menerima sesuai dengan tahapan ke lima dan fokus untuk meraih tujuan yang baru," ujarnya.
Tetapi jika hal tersebut gagal diraih dan yang diimpikan itu hilang, tahapan ke lima dari teori Kubler Ross akan berlangsung lama karena tidak bisa menerima kondisi yang sesuai dengan kehendaknya.
"Semua itu tergantung dari langkah selanjutnya terkait dengan pencoretan atau sanksi apa yang akan diterima oleh Indonesia. Jika ada target baru hal itu bisa menumbuhkan motivasi baru juga," tuturnya.
Oleh karena itu, penanganan yang harus diberikan untuk para atlet Timnas Indonesia tersebut adalah motivasi dari orang terdekatnya, mungkin bisa orang tua, keluarga atau pun pelatih.
"Harus mau memberikan motivasi kepada mereka untuk tetap berfikir positif, bahwa kesempatan ke depan itu selalu tetap ada, walaupun untuk saat ini even yang dunia ini harus hilang. Akan ada saatnya mereka tetap bisa berprestasi di even yang lain," ucap Anung.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023