Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Situbondo akan memberikan kompensasi kerugian para petani yang lahan pertanian-nya rusak akibat banjir luapan air sungai terjadi pada 28 Februari lalu.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Situbondo Haryadi Tedjo Laksono di Situbondo, Jumat mengemukakan sebanyak 441 hektare lahan pertanian yang rusak dan bahkan gagal panen akibat tergenang banjir.
"Kerusakan ratusan hektare lahan pertanian akibat banjir itu sedang kami usulkan ke BPBD agar dilakukan survei untuk menghitung jumlah kerugian, dan pemerintah juga akan memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami petani," kata Haryadi, sapaan akrabnya.
Dia mengaku pendataan kerusakan lahan pertanian dilakukan langsung oleh petugas penyuluh pertanian lapangan atau PPL yang tersebar di semua desa, sehingga tercatat ada 441 hektare lahan pertanian yang rusak akibat banjir, di antaranya tanaman padi, tebu, melon dan semangka.
Menurut dia, ratusan hektare lahan pertanian yang rusak akibat banjir itu tersebar di Kecamatan Panarukan dan Kecamatan Kendit, yang kerugiannya diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Di Desa Paowan dan Kilensari tercatat seluas 255 hektare tanaman padi dan semangka rusak, rinciannya 250 hektare padi dan 5 hektare tanaman semangka.
Sementara di Desa/ Kecamatan Kendit, tanaman padi, jagung, dan tebu yang rusak akibat banjir mencapai 186 hektare.
Haryadi mengakui bahwa mayoritas para petani belum mengikuti asuransi pertanian meskipun sebelumnya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan melakukan sosialisasi pentingnya asuransi untuk pertanian.
"Catatan kami petani yang ikut asuransi pertanian sangat sedikit sekali, padahal kami sudah melakukan sosialisasi," katanya.
Cuaca ekstrem beberapa waktu lalu, selain merusak ratusan hektare lahan pertanian juga menggenangi sebanyak 613 rumah warga di Kecamatan Kendit, Besuki, Banyuglugur.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Situbondo Haryadi Tedjo Laksono di Situbondo, Jumat mengemukakan sebanyak 441 hektare lahan pertanian yang rusak dan bahkan gagal panen akibat tergenang banjir.
"Kerusakan ratusan hektare lahan pertanian akibat banjir itu sedang kami usulkan ke BPBD agar dilakukan survei untuk menghitung jumlah kerugian, dan pemerintah juga akan memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami petani," kata Haryadi, sapaan akrabnya.
Dia mengaku pendataan kerusakan lahan pertanian dilakukan langsung oleh petugas penyuluh pertanian lapangan atau PPL yang tersebar di semua desa, sehingga tercatat ada 441 hektare lahan pertanian yang rusak akibat banjir, di antaranya tanaman padi, tebu, melon dan semangka.
Menurut dia, ratusan hektare lahan pertanian yang rusak akibat banjir itu tersebar di Kecamatan Panarukan dan Kecamatan Kendit, yang kerugiannya diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Di Desa Paowan dan Kilensari tercatat seluas 255 hektare tanaman padi dan semangka rusak, rinciannya 250 hektare padi dan 5 hektare tanaman semangka.
Sementara di Desa/ Kecamatan Kendit, tanaman padi, jagung, dan tebu yang rusak akibat banjir mencapai 186 hektare.
Haryadi mengakui bahwa mayoritas para petani belum mengikuti asuransi pertanian meskipun sebelumnya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan melakukan sosialisasi pentingnya asuransi untuk pertanian.
"Catatan kami petani yang ikut asuransi pertanian sangat sedikit sekali, padahal kami sudah melakukan sosialisasi," katanya.
Cuaca ekstrem beberapa waktu lalu, selain merusak ratusan hektare lahan pertanian juga menggenangi sebanyak 613 rumah warga di Kecamatan Kendit, Besuki, Banyuglugur.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023