Dinas Pertanian Kabupaten Trenggalek mengajak petani di daerahnya untuk mengembangkan biosaka, pupuk organik yang diolah dari dedaunan dicampur air karena dinilai lebih murah dan bahan baku mudah didapatkan.
"Biosaka ini, produk (pupuk organik) yang sedang kami kembangkan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Didik Susanto di Trenggalek, Kamis.
Ia menjelaskan, pembuatan biosaka sangatl mudah. Cukup dengan meramu sembarang jenis daun sebanyak lima lembar lalu dicampur air dan diremas-remas sehingga enzim daun luntur terlarut dalam air..
Daun yang dipilih ini syaratnya haruslah daun sehat tidak berpenyakit dan tidak terlalu muda atau tua.
"Harus dengan tangan. Mungkin ada enzim-enzim tangan yang bercampur dengan enzim daun itu sehingga nanti menghasilkan elisitor yang bisa meningkatkan pertumbuhan tanaman, mencegah penyakit sehingga secara umum bisa meningkatkan produksi,” kata Didik.
Pengembangan biosaka yang dimasifkan dengan penggunaan pupuk organik itu dinilai efektif untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Terlebih bahan yang digunakan untuk membuat pupuk organik dan biosaka melimpah ruah sehingga potensial untuk dikembangkan.
Penggunaan pupuk organik ditambah dengan biosaka memiliki kualitas tak kalah saing dengan penggunaan pupuk kimia.
“Ada perbandingan hasil yang sangat mencolok antara yang pakai biosaka sama tidak," tuturnya.
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin menambahkan pembuatan pupuk sendiri sekaligus untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia bersubsidi yang terkadang terjadi kelangkaan barang maupun harga yang tinggi.
Kondisi itu berdampak langsung pada tingginya operasional produksi pertanian.
"Saya selalu meminta bagaimana produktivitas petani bisa naik dan biaya produksi pertanian bisa ditekan semurah mungkin. Dengan begitu pendapatan petani dapat ditingkatkan," katanya.
Peningkatan pendapatan itu, lanjut dia, salah satunya adalah mengurangi biaya produksi. Seperti membuat pupuk organik sendiri dengan berbagai pelatihan-pelatihan yang sudah dilakukan pemerintah setempat. Pasalnya sebagian besar masyarakat Trenggalek berkecimpung di sektor pertanian.
Untuk itu dalam berbagai kesempatan, ia selalu mengajak masyarakat Trenggalek agar membuat pupuk organik sendiri untuk menekan biaya produksi. Sebab, tingginya biaya produksi akan mempengaruhi terjadinya lonjakan harga yang berdampak pada seluruh sektor.
"Mengatur komoditas pangan tidak mudah. Bila hasil pertanian dijual dengan harga setinggi-tingginya maka akan berpengaruh sangat luas. Harga kebutuhan pokok akan naik, kebutuhan yang lain juga ikut naik," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Biosaka ini, produk (pupuk organik) yang sedang kami kembangkan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Didik Susanto di Trenggalek, Kamis.
Ia menjelaskan, pembuatan biosaka sangatl mudah. Cukup dengan meramu sembarang jenis daun sebanyak lima lembar lalu dicampur air dan diremas-remas sehingga enzim daun luntur terlarut dalam air..
Daun yang dipilih ini syaratnya haruslah daun sehat tidak berpenyakit dan tidak terlalu muda atau tua.
"Harus dengan tangan. Mungkin ada enzim-enzim tangan yang bercampur dengan enzim daun itu sehingga nanti menghasilkan elisitor yang bisa meningkatkan pertumbuhan tanaman, mencegah penyakit sehingga secara umum bisa meningkatkan produksi,” kata Didik.
Pengembangan biosaka yang dimasifkan dengan penggunaan pupuk organik itu dinilai efektif untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Terlebih bahan yang digunakan untuk membuat pupuk organik dan biosaka melimpah ruah sehingga potensial untuk dikembangkan.
Penggunaan pupuk organik ditambah dengan biosaka memiliki kualitas tak kalah saing dengan penggunaan pupuk kimia.
“Ada perbandingan hasil yang sangat mencolok antara yang pakai biosaka sama tidak," tuturnya.
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin menambahkan pembuatan pupuk sendiri sekaligus untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia bersubsidi yang terkadang terjadi kelangkaan barang maupun harga yang tinggi.
Kondisi itu berdampak langsung pada tingginya operasional produksi pertanian.
"Saya selalu meminta bagaimana produktivitas petani bisa naik dan biaya produksi pertanian bisa ditekan semurah mungkin. Dengan begitu pendapatan petani dapat ditingkatkan," katanya.
Peningkatan pendapatan itu, lanjut dia, salah satunya adalah mengurangi biaya produksi. Seperti membuat pupuk organik sendiri dengan berbagai pelatihan-pelatihan yang sudah dilakukan pemerintah setempat. Pasalnya sebagian besar masyarakat Trenggalek berkecimpung di sektor pertanian.
Untuk itu dalam berbagai kesempatan, ia selalu mengajak masyarakat Trenggalek agar membuat pupuk organik sendiri untuk menekan biaya produksi. Sebab, tingginya biaya produksi akan mempengaruhi terjadinya lonjakan harga yang berdampak pada seluruh sektor.
"Mengatur komoditas pangan tidak mudah. Bila hasil pertanian dijual dengan harga setinggi-tingginya maka akan berpengaruh sangat luas. Harga kebutuhan pokok akan naik, kebutuhan yang lain juga ikut naik," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023