Cotonou (ANTARA/Reuters) - Perompak menyerang dua kapal minyak berbendera Panama di lepas pantai Benin, Rabu, namun dihalau oleh angkatan laut negara itu sebelum mereka bisa mencuri barang muatan kapal tersebut, kata pihak berwenang. Insiden itu merupakan yang terakhir dari rangkaian serangan terhadap kapal-kapal di Teluk Guinea yang kata para ahli mengancam kawasan perdagangan yang sedang berkembang dan sumber minyak, logam dan coklat bagi pasar dunia itu. "Kapal-kapal Golden Sifia dan Aidin Panama memberi tahu pasukan angkatan laut Benin mengenai serangan bersenjata itu," kata Panglima Angkatan Laut Maxime Ahoyo. "Ketika kami tiba di lokasi kejadian, kami berhasil menghalau 10 perompak, seluruhnya orang Nigeria, yang berhasil masuk namun tidak melukai seorang pun," katanya. Ia menambahkan bahwa ke-54 orang awak yang berada di kedua kapal itu, yang sedang memindahkan minyak dari kapal yang satu ke kapal satunya, bersembunyi setelah perompak menaiki kapal dan melepaskan tembakan. Sekitar 26 serangan perompak tercatat di lepas pantai Benin -- yang bertetangga dengan Nigeria yang kaya minyak -- sejak awal tahun ini, teramsuk serangan terhadap kapal disel Italia pekan lalu. Perompakan di Teluk Guinea meningkat namun tidak seperti yang terjadi di lepas pantai Somalia, dimana geng-geng bajak laut memperoleh jutaan dolar uang tebusan dan bertindak semakin keras. Perompakan meraja-lela di lepas pantai Somalia, yang mengacaukan jalur pelayaran antara Eropa dan Asia, membuat awak dan kapal terancam bahaya serta mendorong kenaikan beaya asuransi bagi perusahaan perkapalan. PBB memperingatkan, perompak Somalia menjadi semakin berani dan tetap mendahului pasukan angkatan laut internasional yang berusaha mengakhiri pembajakan di kawasan perairan itu. Pada 2009, perompak Somalia menyerang lebih dari 130 kapal dagang di lepas pantai Somalia, naik lebih dari 200 persen dari tahun 2007, menurut Pusat Pelaporan Perompakan Biro Maritim Internasional di Kuala Lumpur. Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu sejak 2008. Kapal-kapal perang asing berhasil menggagalkan sejumlah pembajakan dan menangkap puluhan perompak, namun serangan masih terus berlangsung. Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja. Angka tidak resmi menunjukkan 2009 sebagai tahun paling banyak perompakan di Somalia, dengan lebih dari 200 serangan -- termasuk 68 pembajakan yang berhasil -- dan uang tebusan diyakini melampaui 50 juta dolar. Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden. Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India. Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur. Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka. Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka. Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut.

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011