Bondowoso - Pegiat seni tradisi, seperti ludruk, campursari dan lawak di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, yang biasa pentas ke berbagai pelosok desa, selama Ramadhan 2011 meliburkan diri dengan tidak menerima permintaan bermain. "Kami sudah tidak menerima pesanan untuk pentas sejak tiga pekan sebelum puasa. Semua pesanan kami sanggupi setelah Lebaran," kata pimpinan seni ludruk Nyandang Trisno, Sumito kepada ANTARA di Bondowoso, Minggu. Ia menjelaskan, dirinya bersama seluruh kru yang berjumlah 30 orang lebih ingin menghormati bulan suci Ramadhan dan orang-orang yang berpuasa agar ibadahnya tidak terganggu. Menurut dia, di tengah terpaan hiburan modern, khususnya di televisi, kesenian ludruk maupun lawakan dan campursari yang dipimpinnya tetap saja ada permintaan untuk pentas, terutama dari masyarakat perdesaan. "Umumnya pentas kami melayani tanggapan hajatan pernikahan atau orang yang memiliki nazar untuk mendatangkan hiburan. Dalam satu bulan, kami pentas lima hingga tujuh tempat. Di satu tempat bisa pentas dua malam," katanya menambahkan. Secara kebetulan, katanya, pada saat bulan puasa, tidak pernah ada orang yang menggelar hajatan pernikahan, sehingga ludruk maupun lawakan Nyandang Trisno tidak pentas. Mengenai keperluan hidup para pemain selama grupnya tidak ada permintaan untuk pentas, menurut Sumito, hal itu tidak ada masalah karena para pemainnya, umumnya tidak bergantung hidup murni pada kesenian. "Anggota saya pekerjaannya macam-macam. Ada yang petani, ada yang penyanyi, ada perangkat desa dan ada juga yang tidak punya pekerjaan," kata ayah dua anak yang tahun ini hendak menunaikan ibadah haji tersebut. Selain di wilayah Bondowoso, grup Nyandang Trisno yang pementasannya menggunakan bahasa daerah Madura itu juga biasa bermain panggung hingga ke luar daerah, khususnya di Kabupaten Situbondo. Lelaki yang tinggal di Desa Dawuhan, Kecamatan Tenggarang, Bondowoso itu menggeluti kesenian tradisional dengan iringan gamelan sejak 1959, yang diwariskan dari almarhum Habibun, pamannya. "Awalnya kesenian yang saya geluti ini adalah Rudat yang isinya mengenai nilai-nilai Islam atau dikenal dengan sebutan syi'ir. Kemudian, selain seni Rudat, saya juga mengembangkan ludruk dan lawakan sampai sekarang," katanya.

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011