Madiun - Tim Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, telah menemukan sedikitnya 19 fragmen atau potongan hewan purba di Situs Kedungbrubus, Dusun Kedungbrubus, Desa Bulu, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
"Sejak dilakukan survei dan ekskavasi di sejumlah lokasi yang dinilai mengandung benda kepurbakalaan, tim BPSMP Sangiran telah menemukan 19 fragmen hewan purba. Fragmen atau potongan fosil hewan purba tersebut diduga berusia 700 hingga 800 ribu tahun yang lalu atau berada di lapisan Kabuh," ujar Ketua Tim Ekskavasi BPSMP Sangiran, Sragen, Ilham Abdullah, Kamis.
Dari 19 fragmen yang ada tersebut, 14 fragmen di antaranya ditemukan saat survei lapangan. Sedangkan sisanya ditemukan di dalam kotak ekskavasi.
Dalam penemuan survei lapangan, potongan fosil hewan purba tersebut ditemukan tergeletak di permukaan tanah. Hal ini akibat aktivitas warga desa sekitar saat bercocok tanam atau mengolah tanah. Sehingga secara tidak sengaja terangkat ke permukaan tanah.
"Sedanglan lima fragmen lainnya, ditemukan saat tim melakukan penggalian di empat titik lokasi yang telah ditentukan. Rata-rata setiap kotak penggalian atau ekskavasi memiliki kedalaman antara 80 cm hingga 450 cm," terang dia.
Sejumlah fosil yang ditemukan tersebut, di antaranya paha binatang dari "genus stegedon" atau gajah purba, gigi geraham dan tulang rusuk "rhinoceros" atau badak purba, "plastron" atau tulang tempurung bawah kura-kura purba, tulang paha hewan "genus bovidae" atau kerbau purba, serta gigi yang diduga merupakan milik dari hewan pengerat purba waktu itu.
Kasie Pemanfaatan BPSMP Sangiran, Sragen, Sukronedi, mengatakan, potongan-potongan fosil ini selanjutnya akan dibawa ke Sangiran untuk dikonservasi atau dilindungi.
"Namun sebelumnya akan dibersihkan terlebih dahulu. Setelah itu, baru direkonstruksi, diidentifikasi, dan diawetkan," ujar Sukronedi ditemui di lokasi penggalian.
Pihaknya berharap, dengan temuan fosil-fosil ini dapat menjawab pertanyaan para ilmuwan di dunia tentang evolusi manusia dan budayanya. Hal ini karena literatur yang ada tentang temuan fosil hewan dan manusia purba belum dapat menjelaskan kronologis secara detail.
Ekskavasi atau penggalian yang dilakukan timnya ini, didasarkan atas studi pustaka dan sejumlah penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (PPPG) Bandung. Dalam studi pustaka itu, tim menemukan bahwa fosil pertama yang ditemukan di Indonesia sebenarnya bukan di Trinil, Ngawi, tapi di Kedungbrubus, yaitu pada tahun 1890 oleh Eugene Dubois dari Belanda.
Sedangkan temuan yang di Trinil terjadi pada tahun 1891. Karena dirilis lebih dulu, maka Trinil menjadi lebih terkenal dibandingkan Situs Kedungbrubus.
Sukronedi menambahkan ekskavasi Kedungbrubus merupakan ekskavasi ketiga dalam tahun ini setelah ekskavasi di Desa Kepuhklagen, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik, dan Desa Dayu, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Dayu termasuk dalam kawasan situs Sangiran.
Situs Sangiran berada di dua kabupaten yakni Sragen dan Karanganyar, empat kecamatan, 21 desa, dan 161 dusun. Ekskavasi di Kepuhklagen, Gresik yang berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dilakukan terkait pernah ditemukannya manusia purba Homo Mojokertensis.
Namun di tempat itu tim hanya menemukan bekas cetakan daun purba yang tercetak di lapisan tanah. Rencananya, penggalian akan dilakukan selama 10 hari, yakni mulai tanggal 21 Juli hingga 30 Juli mendatang.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011