Ratusan pemuda dari beragam latar belakang agama, kelompok, dan organisasi berkumpul di Surabaya, Sabtu, menggelar doa bersama untuk organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) yang akan berusia 100 tahun atau 1 abad.
Ketua panitia pelaksana kegiatan "Pemuda Lintas Agama Bicara NU", Aryo Seno Bagaskoro, mengatakan kegiatan yang diorganisasi platform negara merupakan apresiasinya kepada NU dalam menapaki usia ke-100 tahun karena mampu konsisten mendampingi dan menjadi soko guru bangsa.
"Kami mendoakan kepemimpinan Gus Yahya (KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU ) dan Gus Ipul (Saifullah Yusuf, Sekjen PBNU), layaknya mengambil spirit dwitunggal Bung Karno dan Bung Hatta, mampu membawa kapal besar NU mengarungi peradaban dan memberikan oase keteladanan bagi generasi muda," ujarnya.
Mahasiswa Universitas Airlangga itu menuturkan forum tersebut bertujuan mengapresiasi NU dan mencari saripati keteladanan untuk kemudian diterapkan lebih luas oleh berbagai kalangan.
"NU telah memberikan teladan nyata untuk siapapun turut terlibat merawat jagad melalui tindakan sederhana, menjaga keberlangsungan hidup dan lingkungan, merawat toleransi dan gotong royong antar kelompok, serta membangun moderasi kehidupan beragama," kata Seno.
Pemuka agama Katolik, Romo Widyawan, yang hadir mengatakan dalam setiap lapisan kegiatan dan ruang hidup agama Katolik di Indonesia, ada kehadiran NU yang berbela rasa
"Dalam sukacita beribadah dengan perasaan merdeka, hingga di saat-saat sulit dan menguji kekuatan gotong royong," katanya.
Sementara itu, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf memaparkan perjalanan panjang sejarah kontribusi NU hingga hari ini.
"Harmoni toleransi yang hari ini kita rasakan di Indonesia tidak boleh dianggap taken for granted, dirasakan secara cuma-cuma. Tetapi harus disadari sebagai bagian dari perjalanan panjang sejarah bangsa-bangsa mencari format hidup bersama," ujar Gus Yahya.
Eks Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid tersebut mencontohkan di era lampau, berbagai imperium berperang satu sama lain memperebutkan kuasa dengan menggunakan identitas untuk saling menjajah. Menurutnya, cara semacam itu sudah tidak relevan.
"Oleh karena itu, anak-anak muda harus memahami sejarah itu menjadi satu rangkaian utuh, memelihara situasi damai dan harmoni ini dengan kesadaran penuh. Seperti tagline 1 Abad NU Merawat Jagad, Membangun Peradaban," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023