Gereja Katolik Redemptor Mundi Surabaya menggelar sarasehan budaya dengan menghadirkan pendakwah dari Nahdlatul Ulama (NU).
"Kegiatan ini merupakan sarasehan budaya bertema Merajut Kebudayaan Tradisional sebagai Kearifan Lokal dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Ketua Seksi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Gereja Katolik Redemptor Mundi Surabaya Josep Maria M Husni Tamrin di sela misa, Sabtu (28/1) malam.
Sarasehan yang mengundang warga lintas agama tersebut sekaligus mengawali kegiatan di Gereja Katolik Redemptor Mundi Surabaya pasca pandemi virus corona (COVID-19).
Menurut Josep, selama hampir tiga tahun masa pandemi COVID-19 sama sekali tidak ada kegiatan di Gereja Katolik Redemptor Mundi Surabaya.
"Sarasehan Budaya Misa Bahasa Jawa kami gelar untuk merukunkan warga lintas agama. Kegiatan ini sebelumnya telah rutin kami gelar sebelum pandemi COVID-19 hanya saja dalam lingkup kecil dengan mengundang warga lintas agama di sekitar gereja. Kali ini kami undang dalam skala yang lebih luas dari wilayah Kota Surabaya dan sekitarnya," ujarnya.
Pendakwah NU yang dihadirkan sebagai salah satu narasumber dalam sarasehan budaya misa bahasa Jawa di Gereja Katolik Redemptor Mundi Surabaya tadi malam adalah Kiai Bi'in Abdussalam asal Lamongan.
Mantan Ketua Pengurus Cabang NU Lamongan itu mengapresiasi kegiatan yang dihadiri umat lintas agama dari wilayah Kota Surabaya dan sekitarnya.
"Kita harus lebih sering menggelar kegiatan seperti ini agar agar dapat memahami keberagaman dan perbedaan yang menghiasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terlebih menjelang Pemilihan Umum 2024, kami harap tidak ada lagi politik identitas yang mengatasnamakan agama," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Kegiatan ini merupakan sarasehan budaya bertema Merajut Kebudayaan Tradisional sebagai Kearifan Lokal dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Ketua Seksi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Gereja Katolik Redemptor Mundi Surabaya Josep Maria M Husni Tamrin di sela misa, Sabtu (28/1) malam.
Sarasehan yang mengundang warga lintas agama tersebut sekaligus mengawali kegiatan di Gereja Katolik Redemptor Mundi Surabaya pasca pandemi virus corona (COVID-19).
Menurut Josep, selama hampir tiga tahun masa pandemi COVID-19 sama sekali tidak ada kegiatan di Gereja Katolik Redemptor Mundi Surabaya.
"Sarasehan Budaya Misa Bahasa Jawa kami gelar untuk merukunkan warga lintas agama. Kegiatan ini sebelumnya telah rutin kami gelar sebelum pandemi COVID-19 hanya saja dalam lingkup kecil dengan mengundang warga lintas agama di sekitar gereja. Kali ini kami undang dalam skala yang lebih luas dari wilayah Kota Surabaya dan sekitarnya," ujarnya.
Pendakwah NU yang dihadirkan sebagai salah satu narasumber dalam sarasehan budaya misa bahasa Jawa di Gereja Katolik Redemptor Mundi Surabaya tadi malam adalah Kiai Bi'in Abdussalam asal Lamongan.
Mantan Ketua Pengurus Cabang NU Lamongan itu mengapresiasi kegiatan yang dihadiri umat lintas agama dari wilayah Kota Surabaya dan sekitarnya.
"Kita harus lebih sering menggelar kegiatan seperti ini agar agar dapat memahami keberagaman dan perbedaan yang menghiasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terlebih menjelang Pemilihan Umum 2024, kami harap tidak ada lagi politik identitas yang mengatasnamakan agama," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023